Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Joseph Matheus Edward mengatakan jika fiber optik atau serat optik di sepanjang rel kereta api pulau Jawa pasti akan melewati kota kota besar ataupun satelit yang memiliki daya beli tinggi.
“Hal ini akan membuat nilai bisnis yang tinggi sebagai tulang punggung dan juga perizinannya akan lebih mudah karena bisa mengikuti jalur rel,” katanya pada Bisnis, Jumat (10/9/2021).
Menurutnya, pengguna kereta hanya salah satu target pelanggan dan jumlah pelanggannya tidaklah besar. Namun, yang memiliki nilai tinggi adalah karena fiber optik melewati daerah yang memiliki daya beli tinggi layanan data atau internet.
Dengan begitu, ada kemungkinan yang akan menyewa adalah operator lainnya, atau kerjasama dengan penyedia konten.
Peluang dari pemasangan fiber optik pada rel kereta memungkinkan untuk menjadi jaringan redudansi backbone optik yang sudah ada atau jaringan utama. Tak hanya itu, dapat juga digunakan untuk kepentingan internal kereta api.
Jaringan redudansi sendiri adalah jaringan alternatif yang digunakan untuk meningkatkan ketersediaan jaringan. Jika dalam suatu jaringan terdapat link yang terputus, maka jalur data masih bisa terhubung tanpa pengaruh koneksivitas perangkat pada jaringan tersebut.
Penggunaan internet yang kian meningkat selama pandemi tentunya akan menyambut baik rencana ini. Bahkan, berdasarkan survei dari Asosisi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan jumlah pengguna internet pada 2019 sekitar 55 persen, lalu pada tahun 2020 melonjak menjadi 73,7 persen atau 196,71 pengguna.
Meskipun rencana ini baik, namun masih ada sedikit tantangan dalam menarik calon pelanggan.
“Tantangannya adalah membuat model bisnis yang dapat diterima atau menarik bagi calon pelanggan yang sudah menjadi pelanggan penyedia backbone optik lain, atau membuat mereka mau membeli sebagai redundannya,” tutup Ian.