Badai Matahari Esktrem Berisiko Lumpuhkan Jaringan Listrik dan Satelit Bumi

Ayyubi Kholid Saifullah
Senin, 16 Agustus 2021 | 17:06 WIB
 Gambar lubang korona 13 Maret 2019. /Instagram @lapan_ri
Gambar lubang korona 13 Maret 2019. /Instagram @lapan_ri
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Alarm tentang ancaman yang akan dapat menghadang Bumi dari luar angkasa telah dibunyikan oleh para ilmuwan. Badai matahari adalah ancaman yang akan berpotensi melumpuhkan teknologi Bumi.

Selama lebih dari 160 tahun, Badai matahari belum melanda planet ini, meskipun sempat datang hampir berbahaya pada tahun 2012.

Dipicu oleh sebuah peristiwa kuat dari aktivitas di Matahari, badai matahari memiliki kekuatan untuk menghapus satelit dan mengacaukan jaringan listrik di planet.

Peristiwa Carrington yang terkenal pada tahun 1859, ledakan skala besar plasma dan medan magnet dari matahari membawa dampak di seluruh Eropa dan Amerika Utara.

Jika peristiwa seperti itu terulang hari ini, para ilmuwan dari AS khawatir seluruh negara akan hancur

Gabor Toth, Profesor Ilmu dan Teknik Iklim dan Antariksa di Universitas Michigan, mengatakan hanya ada dua bencana alam yang dapat berdampak pada seluruh AS. Salah satunya adalah pandemi dan yang lainnya adalah peristiwa cuaca luar angkasa yang ekstrem.

Bahaya yang ditimbulkan oleh aktivitas matahari yang meningkat, telah melahirkan inisiatif bagi para ilmuwan untuk mengembangkan model peramalan baru untuk cuaca luar angkasa yang berbahaya.

Dijuluki program Space Weather with Quantified Uncertainties (SWQU), inisiatif ini dibuat tahun lalu oleh NASA dan National Science Foundation (NSF).

Di antara solusi yang diusulkan untuk masalah tersebut adalah model peramalan yang dikembangkan oleh Profesor Toth dan timnya di University of Michigan.

Versi yang ditingkatkan dari model tersebut telah digunakan oleh Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) sejak Februari tahun ini.

Versi Model Geospace yang disebut telah ditingkatkan ke versi 2.0, menggantikan model 1.5 yang digunakan sejak 2017.

Alat ini memprediksi gangguan di tanah yang disebabkan oleh interaksi dengan angin matahari, aliran partikel bermuatan yang keluar dari Matahari dan keluar ke luar angkasa.

"Kami saat ini menggunakan data dari satelit yang mengukur parameter plasma satu juta mil jauhnya dari Bumi." ujar Profesor Toth.

Para peneliti sangat tertarik untuk mengamati ejeksi massa koronal atau CME (pengusiran besar plasma dan medan magnet dari korona Matahari)

CME yang kuat diyakini bertanggung jawab atas Peristiwa Carrington.

"Itu terjadi lebih awal di Matahari. Dari titik itu, kita dapat menjalankan model dan memprediksi waktu kedatangan dan dampak peristiwa magnetik." tambahnya.

Pakar dan rekan-rekannya menjalankan model peramalan pada superkomputer Frontera di Texas Advanced Computing Center di Austin.

Profesor Toth berkata: "Orang-orang yang mencoba sebelumnya gagal. Tapi kami berhasil."

"Kami bekerja sejuta kali lebih cepat daripada simulasi brute-force dengan menciptakan pendekatan dan algoritma yang cerdas."

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper