Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) melihat penggunaan data di lintas sektor di Indonesia terus meningkat. Khususnya pemanfaatan data digital oleh berbagai aplikasi dan layanan digital sektor publik dan swasta yang menunjukkan penggunaan data kian masif.
Juru Bicara Kemenkominfo Dedy Permadi mengatakan pengelolaan akan data, terutama analitik mahadata (big data analytics) telah diadopsi oleh 89 persen oleh perusahaan Indonesia.
“Sebagai gambaran di sektor pemerintahan, pemanfaatan data telah dilakukan untuk berbagai kebutuhan, termasuk diantaranya administrasi pemerintahan dan pelayanan publik,” ujarnya, Minggu (8/8/2021).
Lebih lanjut, dia menjelaskan pengembangan kapasitas analisis data atau melalui pemanfaatan teknologi mutakhir seperti kecerdasan buatan juga terus menjadi upaya pemerintah untuk dikembangkan.
Menurutnya, untuk melakukan optimalisasi pemanfaatan data, upaya integrasi dan konsolidasi data akan dilakukan melalui pembangunan Pusat Data Nasional. Walakin, pengambilan kebijakan berbasis data atau data driven policy making dapat makin intensif dilakukan.
Sekadar informasi, data Kemenkominfo menunjukan Indonesia memiliki 2.700 pusat data yang tersebar di 630 kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.
Beralih ke sektor lain, Dedy juga meyakini pesatnya pertumbuhan perusahaan rintisan dan unikorn di Indonesia juga dapat memacu akselerasi jumlah dan pemanfaatan data di Indonesia.
“Hal tersebut mengingat sifat perusahaan rintisan yang sangat data-driven, di mana segala keputusan bisnis diambil berdasarkan data yang ada. Beberapa startup di Indonesia bahkan telah berhasil menunjukkan dampak positif atas pengolahan data yang didapatkan baik untuk kebutuhan internal bisnis ataupun sebagai dasar pembuatan peraturan,” katanya.
Berdasarkan catatan Startup Ranking, jumlah perusahaan rintisan di Indonesia mencapai 2.219 perusahaan pada 2021.
Bank Data Statista memperkirakan pada 2021 terdapat 74 zettabytes data digital yang tercipta di dunia. Jumlah tersebut naik 4 kali lipat dari jumlah data pada 2016, yaitu sejumlah 18 zettabytes.
Namun, Dedy memahami makin banyak data yang tercipta tentu meningkatkan jumlah valuasi pemanfaatannya. Tak hanya itu, kondisi tersebut turut membawa ancaman penyalahgunaan serta kebocoran data yang lebih besar.
Studi International Business Machines (IBM) menunjukkan bahwa pada 2020, nilai kerugian akibat kebocoran data.
Karena itu itu, Dedy meyakini pengamanan dan pengelolaan data yang lebih terpadu dan berkualitas harus dilakukan seiring pertumbuhan pengelolaan data yang diyakini makin deras pada waktu ke depan.
“Kemenkominfo akan terus melakukan pemutakhiran kebijakan dan penguatan koordinasi dengan pihak terkait untuk meningkatkan upaya pengamanan dan pemanfaatan data,” tuturnya.