Bisnis.com, JAKARTA — Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang menilai perusahaan modal ventura lokal seharusnya lebih perhatian kepada perusahaan rintisan dalam negeri.
Menurutnya, perusahaan rintisan di dalam negeri memiliki potensi untuk tumbuh dan tidak kalah dibandingkan dengan yang berasal dari negeri lain.
Tidak hanya itu, potensi ekonomi digital Indonesia yang besar, bahkan terbesar di Asia Tenggara, seharusnya memberikan manfaat banyak bagi perusahaan rintisan dalam negeri. Hal tersebut dapat terwujud dengan dukungan pendanaan yang cukup.
"Potensi startup di Indonesia tidak kalah ataupun lebih besar dibandingkan pasar luar negeri," kata Dianta, Rabu (4/8/2021).
Sekadar informasi, berdasarkan laporan Google, Temasek dan Bain&Company, potensi ekonomi digital di Indonesia pada 2025 bakal mencapai US$113 miliar.
Pada 2019, ekonomi digital Indonesia tercatat yang terbesar di Asia Tenggara dengan nilai US$40 miliar. Artinya dalam kurun waktu 6 tahun, ekonomi digital Tanah Air tumbuh hampir 3 kali lipat.
Kondisi tersebut tidak terlepas dari jumlah penduduk Indonesia dan adopsi digital di masyarakat. Tercatat ada 202 juta pengguna internet di negara ini.
Sementara itu, Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura mengatakan perusahaan modal ventura lokal, khususnya milik BUMN, seharusnya membantu lebih banyak perusahaan dalam negeri berkembang.
Dana yang berhasil dihimpun, kata Tesar, digunakan untuk kemajuan perusahaan rintisan dalam negeri, bukan untuk mencari keuntungan di luar negeri.
Menurutnya, beberapa perusahaan investor lokal gencar menyuntikan dana ke perusahaan rintisan luar negeri. MDI Ventures, perusahaan modal ventura milik BUMN PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) adalah salah satunya.
Bisnis mencatat ada 54 startup yang telah mendapatkan kucuran dana dari MDI. Sebanyak 50 persen di antaranya berasal dari luar negeri. Mereka berasal dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Singapura, Australia, Jepang, Selandia Baru dan lain sebagainya.
Saat dikonfirmasi, CEO MDI Ventures Donald Wihardja mengatakan tantangan dalam berinvestasi adalah melakukan analisa dengan tepat terhadap startup yang bakal didanai. MDI harus dapat membaca kesempatan perusahaan rintisan tersebut untuk masuk ke pasar Indonesia dan juga melihat kemungkinan peluang kerja sama dengan Telkom Group dalam jangka waktu dekat.
Selain itu, analisa juga harus memperhitungkan seandainya investasi yang digelontorkan gagal atau tidak membuahkan hasil.
“Akibatnya walaupun capital gain kami dapat, [tapi] nilai sinergi di Telkom minim. Di situasi itu, kami pegang terus share-nya, tetapi kemungkinan akan divestasi di waktu yang tepat,” kata Donald.