Bisnis.com, JAKARTA - Bagi modal ventura yang mengkhususkan diri dalam mengakomodasi perusahaan rintisan (startup) tahap awal, lonjakan pandemi Covid-19 'Jilid II' tak jadi soal, asalkan investasi kepada inovasi mereka mampu membawa impact jangka panjang.
Salah satunya, bagi Kejora-SBI Orbit atau Orbit Fund, joint venture perusahaan modal ventura Kejora Capital Management Pte. Ltd. bersama perusahaan layanan finansial asal Jepang SBI Holdings, yang sejak awal berkomitmen hanya berinvestasi ke startup tahap awal asli Indonesia.
VP Investment Kejora-SBI Orbit Richie Wirjan menjelaskan bahwa pandemi justru membawa momentum gelombang kedua startup founders & new entrepreneurs, di mana para inovator 'angkatan pandemi' ini justru memiliki kecenderungan lebih berani, punya daya tahan yang bagus, dan pengalaman menghadapi krisis yang lebih kuat.
"Startup teknologi maupun nonteknologi yang berani keluar sekarang, pasti sedang berusaha membangun sebuah bisnis yang punya dampak dan punya nilai. Bagi investor, risiko pandemi memang ada, tapi bukan berarti kita diam saja, karena keliru juga kalau sekarang bilang semua startup lagi enggak ada yang bagus," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (15/7/2021).
Richie menggambarkan bahwa Orbit Fund sendiri baru terbentuk pada era pandemi, di kisaran Juni 2020, menilik banyaknya startup tahap awal asal Indonesia yang potensial, yaitu mereka yang memiliki inisiatif baru dalam menghadapi berbagai masalah di era pandemi ini atau startup yang inovasinya masih relevan dalam jangka panjang.
Contohnya, dari target gelontoran dana hingga US$30 juta pada awal Orbit Fund berdiri, kini sebagian telah terealisasi kepada empat buah startup tahap awal. Salah satunya, bergerak di bidang green energy bertajuk SWAP (swap.id), tepatnya bergerak dalam jasa tukar baterai motor listrik.
“Ini membuktikan bahwa di era pandemi, kami bukan cuma berinvestasi ke sektor yang pandemic proof, yang katakanlah, ketika ada wabah atau keadaan darurat lagi, mereka tetap jalan. Memang itu jadi salah satu [incaran], tapi MV juga harus melihat ada teknologi yang dipercaya, dan perlu didukung dari sekarang. Terutama karena relevan buat jangka panjang dan promising, serta membawa dampak yang besar buat negara ini," tambahnya.
Sekadar informasi, SWAP besutan PT Swap Energi Indonesia telah menjadi distributor motor listrik dengan brand Smoot, di mana sistem 'isi bensin' Smoot lewat pertukaran baterai secara instan sudah tersedia di 100 titik SWAP di Jakarta, dan hanya perlu memakan waktu 9 detik.
Richie menjelaskan lebih lanjut bahwa Orbit Fund masih akan terus mengakomodasi startup di tahap Seed stage, pre-Series A, sampai Series A selama era pandemi ini, juga karena melihat potensi integrasi mereka dengan startup dalam portofolio Kejora.
Lewat strategi yang disebutnya hands-on approach ini, scale-up buat startup baru dan startup dalam portofolio pun bisa lebih optimal karena Orbit Fund terlibat dalam mengakomodasi mereka ke dalam satu ekosistem.
"Jadi bukan cuma kasih uang, kemudian tinggal tunggu laporan keuangan mereka, naik atau tidak. Kami akan kenalkan startup potensial ke ekosistem yang cocok dari portofolio Kejora, yang sekarang ini sekitar 30-40 company. Spirit kami tetap build mereka dan dengan begini proses investasi itu jadi makin seru," ungkapnya.
Ke depan, Orbit Fund tengah mengincar startup tahap awal yang bergerak di bidang agricultur, sustainable energy, UMKM enabler, juga merambah ke edutech dan healthtech.
Richie mengungkap pandemi gelombang kedua dinilainya tak banyak memberikan perbedaan terkait strategi investasi Orbit Fund secara umum.
"Memang ada perbedaan, seperti evaluasi kami ke startup seed stage yang masuk pasti lebih tajam, tetap ada bedanya dari masa normal. Tapi aspek utamanya tetap. Pertama, apakah founder tahan banting, bisa melihat apa yang mau dibangun atau punya purpose. Kedua, baru kami lihat bisnisnya, produknya, jasanya, baru soal bagaimana cara monetize," tutupnya.