Bisnis.com, JAKARTA - Pelajar dan tenaga pengajar di Indonesia sempat menikmati bantuan subsidi kuota internet belajar yang diberikan pemerintah pada periode Maret–Mei 2021.
Langkah ini dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk meringankan beban masyarakat agar bisa melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar secara daring di saat pandemi Covid-19.
Tercatat, pada periode Maret–Mei 2021, Kemendikbud membagikan kuota internet kepada peserta didik dan tenaga pengajar berdasarkan beberapa kategori. Peserta didik PAUD mendapat kuota umum sebesar 7 GB, peserta didik jenjang pendidikan dasar dan menengah mendapat kuota sebesar 10 GB.
Kemudian pendidik PAUD dan pendidikan jenjang dasar dan menengah mendapat kuota sebesar 12 GB. Terakhir, dosen dan mahasiswa mendapat kuota sebesar 15 GB. Kuota yang diberikan adalah kuota umum, yang dapat digunakan untuk mengakses YouTube.
Kemudian, berdasarkan data verifikasi dan validasi nomor ponsel Kemendikbud per November 2020, jumlah peserta didik penerima bantuan subsidi kuota – dengan parameter nomor yang dimiliki sesuai dengan format nomor ponsel dan aktif – mencapai 34.085.658 peserta didik.
Namun, program tersebut terhenti pada Juni 2021, seiring dengan wacana kelas belajar tatap muka dibuka kembali pada Juli. Namun, kegiatan belajar mengajar luring dibatalkan karena penyebaran virus Covid-19 kembali mengganas dengan varian Delta.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat terdapat penambahan hingga 36.197 kasus Covid-19 harian hingga Minggu (11/7/2021) pukul 12.00 WIB. Total, kasus Covid-19 di Indonesia menembus 2.527.203 orang.
Lantas, bagaimana dengan kelanjutan program tersebut? Terlebih, pemerintah juga menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Jawa–Bali yang kembali mewajibkan seluruh kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring.
Data Covid-19 Indonesia hingga 11 Juli 2021./ Dok. Satgas Penanganan Covid-19
Saat ini, tiga operator seluler nasional menyatakan siap untuk terlibat kembali dalam program subsidi kuota internet bagi pelajar dan tenaga pengajar kendati belum ada pembahasan dari pemerintah. Operator meyakini subsidi kuota internet mampu meringankan beban mereka di tengah hantaman Covid-19 yang makin keras.
SVP Head Corporate Communications PT Indosat Tbk. Steve Saerang mengatakan pemberian kuota belajar pada Maret–Mei 2021, sudah sesuai dengan desain dan tujuan awal program yakni untuk mendukung program Pembelajaran Jarak Jauh.
“Indosat Ooredoo berkomitmen untuk senantiasa mendukung program pemerintah di tengah situasi yang sulit ini,” kata Steve kepada Bisnis.com, Minggu (11/7/2021).
Di sisi lain, komitmen serupa juga didengungkan oleh PT XL Axiata Tbk. untuk menyediakan kemudahan dan kelancaran aktivitas belajar bagi masyarakat. Group Head Corporate Communications PT XL Axiata Tbk. Tri Wahyuningsih mengatakan program subsidi kuota internet berjalan cukup baik, meskipun ada beberapa kendala tetapi bisa diselesaikan semuanya.
“Masa depan pelajar akan menentukan masa depan bangsa ini karena itu proses belajar mengajar tidak boleh berhenti dalam situasi apapun,” kata Tri.
Senada, Deputy CEO Mobility PT Smartfren Telecom Tbk. Sukaca Purwokardjono mengatakan bantuan Kuota Data Internet 2021 yang turut didukung oleh Smartfren, telah berhasil disalurkan dengan baik.
Penyaluran ini telah membuka peluang banyak pelajar dan pengajar di berbagai wilayah Indonesia, sehingga dapat menjalankan kegiatan belajar dan mengajar dari jarak jauh.
“Jika program Bantuan Kuota Data Internet kembali diperpanjang, tentu Smartfren siap mendukung penyalurannya ke seluruh pelajar dan pengajar,” kata Sukaca.
Berdasarkan data Kemendikbud, diketahui juga bahwa sebagian besar peserta didik menggunakan Telkomsel sebagai provider untuk mendukung proses belajar jarak jauh, tercatat peserta didik yang menggunkan Telkomsel sebanyak 17,08 juta nomor.
Adapun, pengguna Indosat, XL dan Axis masing-masing sebesar 6,01 juta, 2,61 juta dan 3,94 juta peserta didik. Jumlah peserta didik yang menggunakan Tri dan Smartfren tercatat masing-masing sebanyak 3,74 juta dan 1,8 juta peserta didik.
Sementara itu, pengamat telekomunikasi menilai kegiatan belajar mengajar daring masih akan berlangsung setidaknya hingga Januari 2022 atau bisa menjadi gaya hidup ke depan.
Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) M. Tesar Sandikapura mengatakan pandemi Covid-19 yang terus memuncak menjadi indikator bahwa proses belajar mengajar bakal digelar secara daring dalam waktu lama. Konsekuensinya, kebutuhan kuota internet akan semakin tinggi.
Apabila pemerintah kembali menyalurkan program kuota subsidi internet, lanjutnya, anggaran yang dikucurkan otomatis bakal membengkak. Terlebih, kuota internet bersifat sekali pakai.
"Agar biaya tidak terlalu mahal, pemerintah fokus untuk mempercepat pengembangan aplikasi konferensi video buatan dalam negeri. Dengan cara tersebut, bandwidth yang digunakan adalah bandwidth lokal yang memiliki harga lebih murah," kata Tesar, Kamis (8/7/2021).
Menurutnya, aplikasi khusus video konferensi untuk pendidikan penting untuk dimiliki pemerintah. Menurutnya, aktivitas belajar mengajar daring akan menjadi gaya hidup ke depannya.
“Nadiem sebagai mantan CEO Unikorn juga seharusnya memiliki gebrakan di digital untuk masalah ini, begitu pun Fajrin yang sekarang [menjabat sebagai Direktur Digital Business] di Telkom,” kata Tesar.
Sementara itu, Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia ITB Ian Yosef M. Edward mengatakan pembelajaran luring dapat dilakukan jika program vaksinasi selesai, sedangkan saat ini masih banyak anak yang berusia 12–18 tahun belum mendapatkan vaksin.
Dia berpendapat proses belajar mengajar daring masih akan terjadi hingga tahun depan. Selama proses tersebut, pemerintah perlu menyediakan subsidi kuota internet, mengingat tidak semua siswa memiliki perekonomian yang cukup.