Gelar Public Expose, Bukalapak (BUKA) Ingin UMKM Masif Adopsi Teknologi

Akbar Evandio
Jumat, 9 Juli 2021 | 11:34 WIB
Pandemi Covid-19 berhasil mempercepat transformasi bisnis serta aktivitas jual beli dari tradisional menjadi daring atau online lewat prinsip digitalisasi. - Antara
Pandemi Covid-19 berhasil mempercepat transformasi bisnis serta aktivitas jual beli dari tradisional menjadi daring atau online lewat prinsip digitalisasi. - Antara
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan berbasis dagang elektronik (e-commerce) yang berstatus unikorn, Bukalapak menyatakan dengan melantainya mereka di bursa adalah untuk menciptakan sistem ekonomi yang adil dan merata bagi UMKM melalui peran teknologi.

Sekadar informasi, perusahaan tersebut dijadwalkan mulai melakukan penawaran awal mulai hari ini, Jumat (9/7/2021) hingga Senin (19/7/2021). Adapun, pelaksanaan Initial Public Offering (IPO) akan efektif pada 26 Juli mendatang.

CEO Bukalapak, Rachmat Kaimuddin mengatakan perusahaan memiliki mimpi agar semua orang punya akses jual beli yang adil dan merata dan mereka ingin membantu terciptanya ekonomi yang berkeadilan.

Penyebabnya, dia melihat bahwa permasalahan UMKM di Indonesia sangat kompleks dan beragam, banyak yang sulit berkembang karena tidak punya akses untuk permodalan dan layanan jasa keuangan.

Tidak hanya itu, dia mengatakan terdapat kendala logistik dan infrastruktur yang sering dihadapi oleh UMKM terutama di luar kota-kota besar yang membuat akses terhadap pasar, pelanggan, dan pasokan menjadi tidak merata.

“Masih banyak UMKM yang belum tersentuh teknologi dan sistem pengelolaan yang modern. Ragam tantangan inilah yang ingin Bukalapak atasi dan sebagai permasalahan yang harus dipecahkan,” ujarnya dalam Public Expose Penawaran Saham Perdana PT Bukalapak.com Tbk secara daring, Jumat (9/7/2021).

Lebih lanjut, dia mengatakan perusahaan ingin menciptakan solusi agar UMKM bisa mendapatkan akses terhadap layanan permodalan dan jasa keuangan, memudahkan terhadap akses pasar, dan bisa menambah produk dengan mudah, serta mengadopsi teknologi dan proses bisnis yang lebih baik.

Rachmat mengatakan solusi yang pertama kali mereka kembangkan adalah lokapasar daring untuk mengatasi kendala jarak dan permodalan dan memperluas skala konsumen.

Kendati demikian, dia menyadari pelayanan UMKM masih belum bisa selesai hanya dengan lokapasar daring. Sebab, karena belum meratanya pelayanan tersebut.

“Sebanyak, 70 persen nilai transaksi dagang-el datang dari kota tier 1. Padahal jumlah penduduk di kota tersebut hanya 10 persen dari penduduk Indonesia berarti 90 persen sisanya hanya melakukan 30 persen dari nilai transaksi,” katanya.

Dia menjelaskan, secara perkapita perbandingan Volume Barang Dagangan Kotor (gross merchandise volume/GMV antarpenduduk kota besar dan luar kota besar adalah 20 : 1 yang mengartikan masih banyak anggota masyarakat di luar kota tier 1 yang belum mendapatkan pelayanan secara optimal dari lokapasar daring.

Alhasil, dia menyebutkan untuk menjembatani daring dan luring mereka menggunakan solusi kearifan lokal, yaitu warung daring sebagai tempat bertransaksi. Hal ini karena, masih banyak warung yang berjalan secara tradisional sehingga ke depan makin masif UMKM yang mengadopsi teknologi.

“Oleh karena itu kami menciptakan mitra bukalapak, aplikasi untuk membuat ritel luring mengadopsi daring,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper