Bisnis.com, JAKARTA – Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri – Dosen Perguruan Tinggi Vokasi bagi seluruh insan vokasi di Tanah Air.
Program ini berbasis pada demand driven, yaitu riset yang digerakkan berdasarkan permintaan dan kebutuhan guna menyelesaikan masalah nyata di dunia usaha dan dunia industri (DUDI), pasar, maupun masyarakat. Program ini didanai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dengan alokasi sebesar Rp25,5 miliar.
Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri – Dosen Perguruan Tinggi Vokasi akan memfasilitasi 51 proposal yang lolos serangkaian proses seleksi dengan masing-masing pendanaan yang dapat diusulkan senilai Rp500 juta.
Program ini memiliki dua skema. Skema A, yaitu pengembangan riset terapan dari permasalahan nyata di DUDI dan masyarakat. Kedua adalah skema B, yaitu pengembangan riset terapan lanjutan/riset pengembangan yang dikembangkan dari perolehan Kekayaan Intelektual (KI) sebelumnya oleh PTPPV dan/atau DUDI dengan mengacu pada kebutuhan industri dan masyarakat yang memiliki nilai ekonomi dan sosial.
Setiap pengusul harus memiliki tim periset yang anggotanya terdiri dari dosen atau kelompok dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa (minimal semester 5), atau yang sedang melaksanakan tugas akhir/proyek akhir/skripsi.
Adapun tema riset bisa dieksplorasi, meliputi bidang pariwisata, ekonomi kreatif, transportasi, energi baru dan terbarukan, kesehatan, konstruksi, pertanian, kemaritiman, kehutanan, sosial humaniora, atau bidang lainnya, serta pengembangan atau penerapan karya kekayaan intelektual yang dimiliki DUDI atau PTPPV.
Informasi program riset keilmuan terapan dapat diakses melalui laman https://ptvp.mitrasdudi.kemdikbud.go.id/ atau https://beasiswa.vokasi.kemdikbud.go.id/. Sementara pendaftaran dibuka mulai tanggal 23 Juni sampai dengan 6 Agustus 2021.
Pada tahap ini, para pendaftar tidak perlu langsung mengirim proposal lengkap karena penilaian pertama adalah pada Expression of Interest (EoI). Perlu diketahui pula bahwa proposal riset terapan wajib melampirkan bukti kerja sama dengan mitra DUDI atau organisasi masyarakat sipil terkait pelaksanaan program yang sesuai dengan tema riset.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Wikan Sakarinto mengatakan, riset terapan di pendidikan tinggi vokasi merupakan bagian dari link and match antara institusi pendidikan dengan industri.
Melalui program ini, fokus utama hasil riset terapan harus berujung pada peningkatan produktivitas di industri, peningkatan nilai tambah produk dalam negeri, atau dalam bentuk pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga impaknya dapat dirasakan secara nyata.
“Filosofi riset terapan vokasi adalah start from the end, artinya mulai dari belakang, ada persoalan dan kebutuhan nyata yang kemudian menjadi faktor para dosen untuk meriset. Mindset ini harus dikembangkan sehingga riset bukan hanya eskplorasi intelektual sang peneliti, namun riset yang dirancang dari pergulatan peneliti dengan problematika riil yang dihadapi industri, UMKM, dan masyarakat,” tuturnya, Senin (28/6/2021).
Dirjen Wikan menjelaskan skema program riset terapan sejalan dengan tujuan pendidikan vokasi, yaitu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan sesuai dengan kebutuhan DUDI.
Hal ini perlu ditunjang dengan kolaborasi, sinergi, dan komitmen kuat dari seluruh pemangku kepentingan agar tercipta ekosistem riset yang kokoh. Multidisiplin menjadi salah satu kunci pada pelaksanaan program pengembangan riset keilmuan terapan ini.
“Program ini hendak membangun ekosistem riset terapan, caranya adalah riset-riset terapan di program ini harus multidisiplin dan kolaboratif dengan DUDI dan masyarakat. Melalui program ini kita memperkuat sinergi dosen dari beragam disiplin ilmu, bisa dari politeknik dengan universitas, dari dosen diploma atau sarjana terapan dengan dosen S-1, S-2, dan S-3, bahkan mahasiswa pun ikut dilibatkan,” ujarnya.
Pelaksanaan program riset terapan, terutama bagi mahasiswa akan berimplikasi langsung dengan kurikulum dan project based learning (PBL). Dirjen Wikan berharap, dengan membangun ekosistem pengembangan riset terapan yang kondusif di perguruan tinggi vokasi, para mahasiswa vokasi setelah lulus akan semakin cepat terserap di dunia kerja, bahkan memiliki kemampuan mandiri untuk mendirikan start up.
“Dengan ekosistem yang dibangun ini kita harapkan mereka bisa menjadi entrepreneur atau sociopreneur,” imbuh Dirjen WIkan.
Peluncuran Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri – Dosen Perguruan Tinggi Vokasi ini turut didukung oleh DUDI melalui Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.