Bisnis.com, JAKARTA – Teknologi pengisian super daya baterai super cepat (flash charging) dinilai tidak memberikan pengaruh signifikan bagi penjualan ponsel pintar di Indonesia.
Pengamat gawai dari komunitas Gadtorade Lucky Sebastian mengatakan potensi pengisian daya baterai super cepat memang dibutuhkan saat ini, tetapi belum mendesak bagi konsumen.
“Pengisian super cepat menggantikan pengisian cepat tidak terlalu berpengaruh bagi para pembeli sekarang ini, karena rata-rata daya tahan baterai sekarang sudah bagus, cukup untuk seharian,” ujarnya, Rabu (2/6/2021).
Dia meyakini saat ini pengisian super cepat masih lebih dianggap sebagai bonus tambahan sekarang ini, memudahkan dan menyenangkan bagi pengguna, tetapi belum jadi faktor utama pemilihan. Sementara itu, alasan pengisian daya cepat memang dibutuhkan sebab teknologi baterai Lithium-ion yang digunakan selama ini sudah puluhan tahun belum berubah.
“Sampai sekarang teknologi ini masih dianggap sebagai teknologi terbaik, dari sisi ukuran baterai, kapasitas, dan daya tahan, walau memiliki efek samping mudah terbakar,” ujarnya.
Menurutnya, yang bisa dibuat para vendor adalah baterai yang lebih padat, dalam ukuran yang sama punya daya tampung yang lebih besar, dan charging yang lebih cepat. Charging yang lebih cepat sekarang dibutuhkan karena kapasitas baterai smartphone berangsur membesar disertai penggunaan yang lebih masif termasuk teknologi-teknologi baru.
Namun, dia justru melihat teknologi pengisian cepat sekarang masih lebih ke arah pamer siapa yang mempunyai teknologi terbaik, bahkan belum sampai seperti teknologi kamera yang sudah menyentuh para pengguna dan menjadi pilihan untuk menentukan smartphone mana yang dipilih.
“Ini karena para pengguna masih takut dan belum yakin apakah pengisian super cepat itu aman, tidak cepat mengurangi umur baterai dan resiko terbakar lebih tinggi,” katanya.
Dia pun menilai, kendala tersebut sebenarnya sudah terjawab, lantara ponsel pintar modern memiliki chip khusus manajemen charging yang dinamai PMIC, Power Management Integrated Circuit. Chip ini akan mengatur arus masuk, menghentikan proses charging saat baterai sudah penuh, memantau jika terjadi panas berlebih dan menurunkan kecepatan charging.
Selain itu, dia menjelaskan biasanya proses fast charging terdapat 2 fase, fase pertama fase pengisian cepat, misalnya sampai kapasitas 70—80 persen, kemudian memasuki fase pengisian lebih lambat hingga penuh 100 persen untuk menurunkan suhu.