Bisnis.com, JAKARTA - Menginjak usia 204 tahun, Kebun Raya Bogor telah melalu perjalanan panjang dalam menjalankan tugasnya di bidang pelestarian keragaman tumbuhan.
Berdiri sejak 18 Mei 1817, Kebun Raya Bogor telah lebih dari 2 abad menjaga, melindungi, melestarikan keragaman flora Nusantara.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam rangka menyambut bertambahnya usia Kebun Raya Bogor, BRIN berfokus pada bidang digital, serta green and blue economy yang berbasis pada sumber daya dan keanekaragaman lokal, termasuk biodiversitas, seni, dan budaya.
"Berkenaan dengan itu penelitian di bidang konservasi tumbuhan harus terus menerus ditingkatkan kualitasnya," ujarnya secara virtual pada acara Botanic Gardens in the Pandemic Era yang diadakan oleh LIPI, Selasa (18/5/2021).
Di usia ini pula, Kebun Raya Bogor akan memperkuat riset dan konservasi keanekaragaman tumbuhan Indonesia
Indonesia, terutama pada tumbuhan yang memiliki keunggulan dalam hal keanekaragaman hayati atau biodiversity.
Era pandemi ini pula menjadi tantangan bagi pihak terkait untuk terus bersemangat dalam berkembang.
Kebun Raya Bogor tidak hanya penting dari sudut pandang penelitian, namun sarat sejarah dan budaya. Selain itu, kebun raya tertua nomor 13 di dunia itu juga menjadi wahana wisata dan jasa lingkungan.
R. Hendrian, Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya, mengatakan pandemi telah mengakibatkan terjadinya perubahan pada banyak aspek operasionalisasi Kebun Raya Bogor, itu juga terjadi pada kebun raya di berbagai belahan dunia.
"Di usia 204 ini, semoga Kebun Raya Bogor tidak henti dalam konservasi karena konservasi adalah spirit dari kebun raya," ujarnya.
Masyarakat hanya mengenal bunga Rafflesia Arnoldii dari Kebun Raya Bogor, padahal ada banyak sekali tanaman yang belum teridentifikasi dan masih diteliti. Dan di era pandemi ini, semoga tidak menyurutkan semangat tersebut. Mengambil pembelajaran dari perjalanan kebun raya di negara lain dapat menjadi cara bertahan di era pandemi ini.