Agritech Jadi Akselerator Pertanian 4.0

Akbar Evandio
Minggu, 9 Mei 2021 | 18:28 WIB
Foto aerial lahan persawahan di Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (23/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Foto aerial lahan persawahan di Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (23/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan rintisan di bidang Agrikultur (agritech) dinilai mampu menjadi akselerator pertanian 4.0 sepanjang 2021.

Sekadar catatan, pertanian 4.0 adalah pertanian dengan ciri pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), robotisasi, internet untuk segala (internet of things/IOT), drone, dan analitik maha data (big data analytic) untuk menghasilkan produk unggul, presisi, efisien, dan berkelanjutan.

Pengamat telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Joseph Matheus Edward mengatakan teknologi seperti IoT memiliki kontribusi sebagai sensor, analitik maha data atau big data untuk pemetaan kinerja perusahaan, dan kecerdasan buatan sebagai alat untuk menganalisis dan pengambil keputusan dalam agribisnis.

“Agritech menjadi salah satu segmen industri yang penting karena melekat erat dengan Indonesia. Pertanian memakan hampir sepertiga dari penggunaan lahan dan tenaga kerja. Keberadaan teknologi sangat dibutuhkan untuk membantu industri ini agar punya produktivitas yang baik,” ujar Ian, Minggu (9/5/2021)

Dia memerinci terdapat beberapa startup yang bermain di pengembangan teknologi di antaranya ada Habibi Garden, BIOPS, HARA, dan JALA. Masing-masing punya spesialisasi teknologi dalam pengumpulan data, petani dapat menerjemahkan dengan bahasa sehari-hari dan bisa langsung ambil tindakan.

JALA misalnya, menggunakan serangkaian sensor untuk mendeteksi kualitas air dalam kolam tambak udang, salinitas, dan keasaman terhadap kandungan oksigen. Data dikirim ke media analisis berbasis cloud yang kemudian memberikan saran untuk meningkatkan kualitas air.

“Yang pasti ke depan pemain harus adopsi sensor atau IoT, dengan sistem jaringan handal. Sebab, Big Data dan AI, dapat melakukan profiling dan analisis kebiasaan, sehingga barang apa yang akan dijual atau muncul pertama kali ataupun yang ditawarkan sesuai dengan keinginan. Bahkan, perusahaan dapat menganggarkan teknologi minimal 10 persen ke bawah, tetapi dampaknya 70 persen terhadap kesuksesan bisnis mereka,” tutur Ian.

Berdasarkan data Statista, pasar maha data dan analisis bisnis global bernilai US$169 miliar pada 2018 dan diperkirakan akan tumbuh menjadi US$274 miliar pada 2022.

Sementara itu, data Statista juga menuliskan pasar kecerdasan buatan (AI) global diperkirakan akan tumbuh pesat dan mencapai sekitar US$126 miliar pada 2025.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper