Bisnis.com, JAKARTA – PT Hutchison 3 Indonesia (Tri) meningkatkan pemeriksaaan jaringan khususnya menjelang Ramadan dan Lebaran, untuk memastikan jaringan Tri siap menghadapi kondisi apapun.
Pengecekan dilakukan dalam banyak hal, salah satunya daya tahan hidup baterai perangkat pemancar sinyal base transceiver station (BTS) saat terjadi bencana.
Wakil Presiden Direktur Tri Indonesia Danny Buldansyah mengatakan keandalan jaringan merupakan salah satu prioritas perseroan dalam memberikan layanan prima saat memasuki bulan Ramadan dan Hari Raya Lebaran.
Tri meningkatkan pemantauan kualitas jaringan di beberapa titik keramaian agar layanan mereka tetap terjaga, terlebih saat menghadapi bencana. Dalam beberapa waktu terakhir, Indonesia diterpa musibah bertubi-tubi, mulai dari banjir di Nusa Tenggara Timur hingga gempa di Malang, Jawa Timur.
“Keandalan jaringan sudah menjadi rutinitas setiap tahun, kami terus mengevaluasi apakah keandalan jaringan seperti baterai itu cukup atau tidak,” kata Danny kepada Bisnis, Senin (12/4/2021).
Adapun untuk mengantisipasi peningkatan lalu lintas data saat bulan puasa, Danny mengatakan perseroan akan menambah kapasitas jaringan sebesar 50 persen dibandingkan dengan hari biasa.
Peningkatan kapasitas jaringan difokuskan pada kawasan perumahan dan beberapa titik di tempat pariwisata dan titik keramaian.
Danny mengatakan sejak Lebaran 2020, lalu lintas data di daerah-daerah mudik mengalami penurunan dibandingkan dengan Lebaran tahun-tahun sebelumnya. Penurunan mencapai 7 persen -8 persen. Dengan tambahan sedikit kapasitas, dia meyakini sudah cukup untuk melayani potensi lonjakan lalu lintas data saat Lebaran nanti.
“Kalau yang lain relatif sama untuk kawasan mudik kami tingkatkan sedikit jaringannya sekitar 50 persen, biasanya [saat Ramadan dan Lebaran] kami tingkatkan 100 persen” kata Danny.
Untuk diketahui, hingga Maret 2021 Tri mengklaim memiliki 39,8 juta pelanggan, dengan 95 persen dari jumlah tersebut merupakan anak muda dengan gaya hidup digital
Lebih lanjut jaringan Tri telah menjangkau lebih dari 37.000 desa di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Bali, dan Lombok, melalui fiber optic yang membentang sepanjang 16.000 km.
