Bisnis.com, JAKARTA – Agresifnya pemain perusahaan rintisan untuk menjadi unikorn selanjutnya di Tanah Air dinilai menjadi sentimen positif untuk meningkatkan minat pemodal untuk menyuntikan dana pada kuartal II/2021.
Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menilai selain bergairahnya pemain startup untuk memiliki nilai valuasi US$1 miliar atau sekitar Rp14,1 triliun, saat ini para unikorn yang melirik lantai bursa juga memberikan optimisme bagi pemodal.
“Startup jumbo juga mulai melirik melantai di bursa baik lokal maupun melalui SPAC, dengan itu para investor akan mendapatkan liquidity. Bahkan startup fintech, healthtech dan edutech juga makin aktif mengejar menjadi unikorn berikutnya,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Minggu (11/4/2021).
Namun, dia menilai beberapa pendana besar akan tetap melihat startup di bidang finansial teknologi (fintech) masih menjadi salah satu primadona yang disasar oleh investor mengingat aktivitas transaksi digital yang terus meningkat.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan nilai transaksi perbankan digital meningkat sekitar 19 persen dari Rp27.000 triliun pada 2020 menjadi Rp32.000 triliun pada 2021.
“Pendana-pendana besar akan tetap melirik sektor fintech pada semester I/2021 ini,” ujar Edward.
Berdasarkan laporan Cento Ventures, pendanaan ke startup Asia Tenggara turun 3,5 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$8,2 miliar pada 2020. Pada semester I/2020, pendanaan ke startup Asia Tenggara US$5,9 miliar, lalu turun di semester II/2020 menjadiUS$ 2,3 miliar.
Jumlah kesepakatan investasi sepanjang tahun lalu 645, turun dibandingkan 2019 yang mencapai 704.
Namun, berdasarkan nilainya, Indonesia berkontribusi 70 persen terhadap total pendanaan. Lalu Singapura (14 persen), Malaysia (5 persen), Thailand (5 persen), Vietnam (4 persen), dan Filipina (2 persen).