Bisnis.com, JAKARTA – Langkah merger dan akuisisi dinilai menjadi salah satu opsi seksi di mata perusahaan rintisan (startup) pada tahun ini dalam pengembangan bisnis perusahaan.
CEO Arrbey Digital Business Handito Joewono mengatakan merger dan akuisisi (M&A) merupakan salah satu strategi pertumbuhan perusahaan non-organik. Namun, di saat krisis ekonomi, langkah M&A menjadi strategi pertumbuhan yang paling dimungkinkan, apalagi bagi perusahaan teknologi.
“Perusahaan teknologi juga sudah biasa kawin dan dikawinkan melalui M&A. Jadi, hampir bisa dipastikan pada 2021 akan menjadi tahun kawin melalui M&A, baik yang kawin sukarela maupun yang kawin paksa, termasuk di Indonesia,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Sabtu (27/3/2021).
Baca Juga Mitra UMKM OVO Naik 95 Persen pada 2020 |
---|
Menurutnya, merger dan akuisisi juga menjadi pintu penyelamatan bagi perusahaan yang tidak tahan menghadapi deraan krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19.
“Daripada bangkrut mending [startup] kawin terpaksa,” katanya.
Namun, dia melihat banyak juga perusahaan modern yang sadar bahwa M&A merupakan opsi seksi untuk membangun kolaborasi dan jejaring strategis yang membuat perusahaan lebih mampu bersaing dan menguasai potensi bisnis yang diharapkan segera bangkit dan melejit.
“Sangat disayangkan kalau saat ini startup berjalan alon alon asal kelakon, ketika bisnis sedang akan tumbuh ngebut. M&A menjadi pilihan wajib bagi perusahaan digital atau teknologi. Justru, bisa dikatakan mereka yang tidak kebagian pasangan merger/akuisisi akan gigit jari kesepian dan memble,” ujarnya.
Dia menilai, sektor yang berpeluang melakukan M&A akan terjadi pada semua sektor. Namun, bagi perusahaan besar family enterprise, langkah M&A di perusahaan Indonesia diprediksi akan banyak terjadi di sektor keuangan, properti, ritel, hotel and restoran, dan transportasi.
Berdasarkan riset PwC: Global M&A Industry Trends mencatatkan bahwa volume merger dan akuisisi perusahaan teknologi di tingkat global meningkat 34 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada semester II/2020.
Adapun, dalam laporan yang sama efek merger dan akuisisi perusahaan dari sisi nilai turut meningkat hingga 118 persen, di mana subsektor teknologi dan telekomunikasi merupakan yang tertinggi.
Sementara itu, berdasarkan wilayah, volume transaksi di Amerika Serikat (AS) naik 20 persen. Sedangkan, Asia Pasifik serta Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA) masing-masing meningkat 17 persen.