Twitter Uji Coba Belanja Online, Amvesindo: Pasar Makin Ramai

Akbar Evandio
Jumat, 12 Maret 2021 | 21:05 WIB
Logo Twitter./Bloomberg - Alex Flynn
Logo Twitter./Bloomberg - Alex Flynn
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Ekosistem pasar belanja daring dinilai makin sehat setelah perusahaan teknologi asal Amerika Serikat (AS), Twitter mulai menguji fitur belanja daring mereka. Adapun strategi ini telah lebih dulu diterapkan oleh Google, TikTok, serta Facebook berikut anak usahanya Instagram dan WhatsApp.

Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan aplikasi dengan jumlah pengunjung, pelanggan dan pengikut yang banyak, yaitu raksasa teknologi tentu melihat potensi transaksi belanja daring dalam rangka meningkatkan pendapatan platform masing-masing.

“Pangsa pasar hilir akan makin ramai yang efeknya membuat persaingan para super apps makin ramai dan ketat,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (11/3/2021).

Dikutip melalui Tech Crunch, konsultan media sosial Matt Navarra membocorkan bahwa Twitter sedang bereksperimen dengan fitur belanja, di mana perusahaan tersebut juga mengembangkan tampilan baru Twitter Shopping Card di platform. Pengguna bisa menemukan tombol belanja untuk mengetahui detail produk seperti nama, toko, dan harga.

Sekadar catatan, di tengah tingginya peminat e-commerce saat pandemi corona, Google pun telah menguji fitur belanja daring di YouTube dengan mengintegrasikan fitur ini dengan Shopify Inc, e-commerce asal Kanada.

Sementara itu, Facebook juga memperluas akses belanja daring dari sekadar di feed dan laman profil Instagram, menjadi galeri, IGTV, dan Reels. Perusahaan juga menyediakan layanan katalog produk melalui WhatsApp.

Adapun, TikTok mengembangkan fitur serupa sejak akhir 2020 melalui kolaborasi dengan perusahaan e-commerce asal Kanada, Shopify, di mana jutaan penjual di Shopify bisa mempromosikan barang dagangan mereka di platform TikTok.

Edward pun menilai para pemain dagang elektronik (e-commerce) perlu mengantisipasi kehadiran raksasa teknologi yang mulai merambah bisnis social commerce.

Menurutnya, antisipasi yang tepat bagi incumbent adalah perlu memikirkan kanal masing-masing untuk mendukung para penjual agar bisa mendapatkan akses ke calon pembeli dengan lebih baik di setiap fase proses penjualan.

Incumbent perlu memiliki kesadaran agar produk bisa tampil dan diketahui pembeli, di mana adanya keterikatan atau koneksi dari calon konsumen dan yang terpenting bisa terkonversi menjadi transaksi penjualan,” ujar Edward.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper