Bisnis.com, JAKARTA - Hilangnya kompetisi antara PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek) dan Grab Holdings Inc. jika keduanya mengambil langkah merger dinilai melancarkan upaya perusahaan untuk melakukan initial public offering (IPO).
Menurut Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani, hal tersebut tidak terlepas dari makin mudahnya perusahaan dalam mengatur profitability roadmap sebagai efek dari terjadinya merger antara kedua perusahaan.
Dari sudut pandang investor, jelas Edward, selesainya masalah kompetisi dengan terjadinya merger antara Gojek dan Grab membuat perusahaan bisa fokus untuk melakukan pengembangan produk dan pelayanan maupun menyusun rencana bisnis ke depan.
"Dengan tidak adanya kompetisi, efeknya adalah memudahkan perusahaan dalam membuat proyeksi finansial ataupun profitability roadmap jika ingin IPO. Para investor potensial pun bisa menjadi lebih percaya," ujar Edward kepada Bisnis.com, Kamis (3/12/2020).
Ketertarikan para investor dengan kantong lebih besar untuk menanamkan modal kepada Gojek dan Grab andaikata merger antara keduanya terealisasi pun diyakini akan jauh lebih besar.
Edward mengatakan merger antara Gojek dan Grab bakal menarik private equity yang memegang dana rerata lebih dari US$3 miliar untuk berinvestiasi.
"Merger keduanya akan menarik private equity yang rata-rata pegang dana lebih dari US$3 miliar. Atau juga bisa mendapatkan investasi dari perusahaan penyedia dana pensiun atau asuransi," ujar Edward.
Edward menjelaskan, market capitalization perusahaan yang meningkat menjadi alasan utama bagi investor dengan dana lebih besar untuk merasa lebih nyaman masuk ke dalam kedua perusahaan.
Pasalnya, dengan kondisi finansial dan volume transaksi dua kali lebih besar setelah merger, para investor akan menjadi lebih tertarik lantaran peluang untuk exit masih sangat terbuka seiring dengan membesarnya kapitalisasi perusahaan.
Dikutip dari Dealstreet Asia, Kamis (3/12/2020), Grab menawarkan kepada Gojek 30 persen saham di entitas hasil merger. Namun, manajemen Gojek dan pemegang saham dikabarkan meminta porsi yang lebih besar karena tingginya penetrasi Gojek di Indonesia yang merupakan pasar terbesar di Asia Tenggara.