Kejahatan Siber Ternyata Berbanding Lurus dengan Penetrasi Internet

Akbar Evandio
Selasa, 1 Desember 2020 | 18:59 WIB
Tanda yang memperingatkan karyawan untuk tidak menghubungkan perangkat ke jaringan setelah serangan siber terlihat di markas besar produsen aluminium Norsk Hydro di Oslo, Norwegia 19 Maret 2019. /REUTERS
Tanda yang memperingatkan karyawan untuk tidak menghubungkan perangkat ke jaringan setelah serangan siber terlihat di markas besar produsen aluminium Norsk Hydro di Oslo, Norwegia 19 Maret 2019. /REUTERS
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pakar keamanan dari Vaksincom, Alfons Tanujaya menilai serangan siber pada 2020 berbanding lurus dengan meningkatnya pengguna internet di Indonesia. 

Berdasarkan hasil survei penetrasi pengguna internet Indonesia 2019—kuartal II/2020 yang dirilis Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), total pengguna internet Indonesia saat ini mencapai 196,7 juta dengan penetrasi 73,3 persen dari total populasi Indonesia sekitar 266,9 juta.

“Jelas potensi serangan siber akan meningkat sejalan dengan tingginya jumlah pengguna internet. Karena itulah pemerintah dan pihak yang terkait perlu bekerja keras mencegah, menjaga dan menata hal ini dengan baik,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (1/12/2020).

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa skema yang diperlukan adalah dengan segera merealisasikan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) di mana ruang gerak pelaku kejahatan siber makin dipersempit.

Selain itu, dia mengatakan bahwa masyarakat perlu waspada dan bijak dalam menginformasikan data pribadi mereka di sektor yang rawan menjadi incaran yakni dengan nilai ekonomi besar. Pasalnya, serangan siber pada ekonomi digital diprediksi makin marak ke depan.

Berdasarkan laporan dari Google, Temasek, dan Bain & Co. memprediksi bahwa valuasi ekonomi digital Indonesia akan mencapai US$ 133 miliar pada 2025.

“Nilai ekonomi besar itu seperti data harvesting [data kependudukan, data pengguna siber, data pengguna telepon], dan sektor keuangan yang makin bertumbuh di bidang keuangan digital,” katanya.

Dia mengimbau agar masyarakat makin mengedukasi diri terhadap ancaman di dunia siber, utamanya yang masih terfokus pada pencurian kredensial akun digital termasuk pencurian kode OTP dengan rekayasa sosial.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper