Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga Riset Siber Indonesia Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) menilai modus serangan siber akan makin bervariasi pada 2021.
Chairman CISSReC Pratama Persadha mengatakan bahwa hal ini didorong oleh kesadaran terkait keamanan siber di Tanah Air memang masih rendah sehingga banyak serangan siber berhasil menjadikan masyarakat sebagai korban.
“Terbaru ialah kloning ponsel yang menjadi modus lain bagi pelaku kejahatan digital menyerang korbannya. Yaitu mengacu pada suatu proses menyalin identitas seluler, yang dengan itu bisa mengambil alih semua transaksi elektronik yang ada ponsel tersebut,” katanya saat dihubungi Bisnis, Selasa (1/12/2020).
Contoh lainnya adalah peretasan situs media nasional yang baru-baru ini terjadi sehingga memberikan implikasi yang sangat besar bagi ekonomi di Indonesia.
“Pelaku menaikkan berita seolah Gubernur Anies sudah memperpanjang PSBB kembali, padahal ini berita lama yang dinaikkan oleh peretas. Akibatnya apa, pasar saham bergejolak kemarin. Artinya pasar sudah bisa didikte oleh kejadian peretasan semacam ini. Tentu ini sangat berbahaya,” katanya.
Dia mengatakan bahwa besarnya potensi ekonomi digital Indonesia pada 2025 tidak kurang dari US$155 miliar akan semakin memacu peningkatan serangan siber. Pasalnya, variasi serangan akan berkorelasi dengan penetrasi internet dan meningkatnya ekonomi digital.
“Bisa dilihat dari kenaikan serangan siber sebanyak 4 kali lipat, yakni dari 39 juta pada 2019 ke 190 juta pada Agustus 2020, sehingga sudah bisa diprediksi serangan siber akan terus meningkat tiap tahunnya,” katanya.
Berdasarkan hasil survei penetrasi pengguna internet Indonesia 2019—kuartal II/2020 yang dirilis Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), total pengguna internet Indonesia saat ini mencapai 196,7 juta dengan penetrasi 73,3 persen dari total populasi Indonesia sekitar 266,9 juta.