Bisnis.com, JAKARTA – Chief Executive Officer (CEO) Mandiri Capital Indonesia, Eddi Danusaputro menyebutkan bahwa mayoritas perusahaan rintisan (startup) gagal bertahan, khususnya saat menghadapi pandemi Covid-19.
Dia mengatakan bahwa kegagalan tersebut dikarenakan berbagai faktor, salah satunya karena tidak memiliki model bisnis yang tepat dan kemampuan adaptasi dalam menyikapi tuntutan masyarakat.
“Terlepas dari pandemi atau tidak mayoritas startup kesulitan, statistik luar negeri 95 persen gagal dan 5 persen sukses. Hal ini karena tidak dapat menjawab kebutuhan pasar atau memberikan solusi yang tidak tepat untuk pasarnya,” ujarnya dalam agenda #SmartpreneurForum dari Bisnis Indonesia, Kamis (26/11/2020).
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa perusahaan startup harus mampu menyelesaikan permasalahan masyarakat luas, sehingga mendapatkan pasar lebih besar.
Eddi melanjutkan bahwa permasalahan saat ini masih terdapat perusahaan startup yang berorientasi pada pasar lebih kecil sehingga sulit diterima pasar. Dengan potensi pasar luas tersebut maka juga menarik investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan startup tersebut.
“Kalau salah pasar itu susah baliknya. Marketnya harus tahu lower end atau high end. Kalau lower end harus berani bakar uang, adapun untuk high end buat produknya harus benar-benar bagus,” katanya.
Sekadar catatan, dia menyebutkan bahwa Mandiri Capital Indonesia telah melakukan pendanaan selama 5 tahun dengan total Rp 1 triliun pada 14 startup, seperti Gojek, Amartha, dan Mekari, dan lainnya.
Kendati demikian, dia juga menyampaikan bahwa terdapat alasan pula hanya lima persen startup yang bisa sukses dan bertahan hingga saat ini. Hal tersebut dikarenakan para pendiri yang memahami cara menangkap peluang (timing), memiliki tim yang tepat, ide, model bisnis, dan pendanaan.