Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku modal ventura menilai masih banyak perusahaan rintisan berbasis kesehatan (healthtech) di Indonesia memiliki model bisnis yang belum tepat sehingga membuat pemodal menahan melakukan pendanaan.
VP of Investments dari perusahaan modal ventura besutan Telkom Group MDI Ventures Aldi Adrian Hartanto mengatakan bahwa secara mayoritas memang startup yang bergerak di bidang kesehatan sudah memiliki kemampuan untuk memonetisasi nilai dari pengguna.
Namun, tantangan yang masih dihadapi oleh startup kesehatan adalah untuk monetisasinya karena menurutnya, di Indonesia kebutuhan pricing (penetapan harga) dan model bisnis banyak yang belum tepat.
“Ditambah lagi ada beberapa model bisnis yang di awal pandemi tumbuh pesat, tetapi ternyata tren tersebut tidak terlihat dalam jangka panjang,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (25/11/2020).
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa saat ini pemodal melihat tantangan startup kesehatan masih di model bisnis, karena healthcare expenditure di Indonesia masih rendah.
“Oleh karena itu, untuk founder [startup kesehatan] harus inovatif dalam upaya menangkap peluang yang ada,” katanya.
Dia memberikan contoh salah satu portfolio yang baru diinvestasikan, yakni Alodokter. Menurutnya, startup tersebut tidak hanya melakukan monetisasi, tetapi juga mencangkup kebutuhan pelanggan.
“Mereka tidak hanya monetize yang simple melalui orang bayar per sesi telemedicine, tetapi mereka bisa bundling dalam bentuk micro insurance dan juga mencakup produk mereka yang lain seperti doctor booking dan chat specialist,” katanya.
Sekadar catatan, startup healthtech Alodokter memang menerima pendanaan dari sejumlah investor. Setelah sebelumnya Oktober tahun lalu menerima pendanaan seri C, kali ini pendanaan yang diterima merupakan perpanjangan seri C atau seri C+.
Pendanaan yang tak diungkapkan besarnya itu dipimpin oleh MDI Ventures milik Telkom. Turut berpartisipasi dalam putaran pendanaan seri C+ adalah Golden Gate Ventures, Heritas Capital Management, Hera Capital, dan Sequis Life.