Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amsevindo) menilai merger Gojek dan Grab seharusnya tidak menyebabkan lahirnya persaingan tidak sehat atau monopoli, mengingat perusahaan dagang el memiliki basis dan peluang yang sama untuk masuk ke pasar bisnis transportasi berbasis aplikasi.
Bendahara Amsevindo Edward Ismawan Chamdani menilai pandemi Covid-19 memberi dampak besar terhadap perusahaan rintisan di sektor transportasi daring atau ride hailing.
Menghadapi kondisi tersebut, kata Edward, sejumlah perusahaan ride hailing melakukan antisipasi dengan mengembangkan inovasi produk dan menerapkan standar protokol ketat. Sayangnya, langkah tersebut belum membuahkan hasil. Masyarakat lebih memilih moda transportasi yang lebih populer dan dianggap aman.
Edward memperkirakan bisnis transportasi online baru akan pulih setelah vaksin ditemukan atau kondisi yang mulai stabil.
“Trafik berkurang karena WFH [work from home] dan modal transportasi lain yang dirasakan aman lebih populer, kondisi layanan ini baru akan kembali setelah pandemi mereda,” kata Edward kepada Bisnis.com, Sealsa (15/9/2020).
Adapun mengenai wacana merger antara Gojek dan Grab, menurut Edward, langkah tersebut dapat membuat bisnis keduanya bertahan lebih lama disebabkan persaingan yang berkurang dan hilangnya perang harga.
Dia juga berpendapat merger keduanya seharusnya tidak menyebabkan monopoli, sebab persaingan bisnis ride hailing bukan hanya dikuasai oleh Grab dan Gojek, perusahaan dagang el seperti Tokopedia, Shopee dan Bukalapak memiliki peluang untuk bermain di segmen yang sama.
“Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak memiliki basis konsumen dan merchant yang bisa bersinggungan sebagai alternatif,” kata Edward.