Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) menilai beralih fokus pada bisnis e-commerce di segmen korporasi dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan transaksi business to business (B2B) adalah alasan dari berhenti beroperasinya lokapasar daring, Blanja.com.
Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung mengatakan langkah tersebut tidak mengartikan Blanja.com tidak dapat bersaing dengan kompetitor lain. Namun, perusahaan joint venture antara PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Persero) dan eBay tersebut melihat peluang lain yang lebih besar.
“Blanja.com bukannya tidak kuat bersaing tetapi tidak mau bersaing dengan mereka [e-commerce lain]. Telkom dan eBay punya kemampuan dan uang, bahkan untuk melawan raksasa e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, Blibli, Bukalapak, dan Lazada,” jelasnya saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (2/9/2020).
Untung meyakini bahwa terdapat perhitungan bisnis yang menjadi dasar pengambilan keputusan yang besar tersebut. Kendati demikian, dia mengatakan belum mengetahui alasan pastinya, karena belum memiliki data terkait.
“Kalau kenapa mereka yang bisa jawab, saya belum ada datanya. Biasanya lebih ke hitungan bisnis, untuk menang di pasar ini, lawannya siapa sih? Biaya apa saja yang harus dikeluarkan? Potensi bisnis dan profitnya bagaimana? Kalau bagus [mereka] ambil, bila tidak dan kemungkinan menang kecil. Baiknya untuk masuk ke tempat lain,” jelasnya.
Menurutnya, dibandingkan bertarung dengan raksasa e-commerce dalam jumlah banyak, Blanja.com lebih memilih masuk ke ranah dengan kompetitor yang masih sedikit dan bersaing untuk menjadi raksasa di sana.
“Jadi mungkin mereka berhitung, marketnya memang besar, tapi lawannya raksasa. Adapun,
di B2B lawannya masih sedikit seperti Bhineka, Ralali, dan MBiz. Jadi persaingan lebih kecil,” jelasnya.
Sekadar catatan, Blanja.com merupakan perusahaan patungan (joint venture) milik Telkom Group dengan eBay asal Amerika Serikat (AS) yang resmi dibentuk pada 2014.
Menurut catatan Bisnis.com, Direktur Digital Business Telkom Fajrin Rasyid mengungkapkan bahwa kebijakan tersebut merupakan bagian dari langkah strategis perusahaan untuk mengembangkan bisnis e-commerce ke arah yang lebih baik.
"Hal ini juga sejalan dengan rencana strategi jangka panjang kami dalam rangka meningkatkan profitabilitas perusahaan," ujarnya.