Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan rintisan (startup) mengalami tekanan berat selama pandemi Covid-19, sedangkan yang mengantongi modal kecil diprediksi bakal segera berguguran jika pandemi ini tidak segera selesai.
Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amsevindo) Jefri R. Sirait mengatakan bahwa kebangkrutan sebuah perusahaan rintisan terlihat dari likuiditas yang mereka miliki. Kecerdasan perusahaan rintisan dalam mengatur keungan dibutuhkan pada saat kondisi tertekan seperti saat ini, misalnya dengan memangkas biaya promosi-promosi agar dapat bertahan.
Menurutnya perusahaan yang bermain di sektor kesehatan, finansial teknologi, dan informasi teknologi memiliki posisi yang kuat untuk bertahan di masa pandemi Covid-19, paling tidak selama 1 tahun.
“Kalau di awal pandemi mungkin 10 -15 persen startup goyang, kemudian menjadi sekitar 25 persen pada 6 bulan dan mungkin makin bertambah. Tentu dengan pandemi yang makin bertambah maka makin berat,” kata Jefri dalam acara Webinar Startup Merdeka di Era Pandemi, Kamis (27/8/2020).
Dia berharap rencana pemulihan ekonomi yang digalakan pemerintah dapat membantu para perusahaan rintisan untuk bertahan.
Penyelamatan perusahaan-perusahaan rintisan ini bukan hanya menjadi tugas satu sektor saja, melainkan seluruh pemangku kepentingan. Tidak hanya di pusat namun juga diseluruh daerah.
“Jika pandemi ini lebih dari 1 tahun, saya yakin setengah dari perusahaan rintisan masih akan bertahan dengan baik,” kata Jefri.
Sementara itu, Ketua Umum Yayasan NextICorn Daniel Tumiwa mengatakan bahwa hanya perusahaan rintisan dengan pendanaan besar yang dapat bertahan di tengah pandemi Covid-19. Adapun perusahaan-perusahaan rintisan dengan skala bisnis yang lebih kecil, cenderung lebih rapuh.
Meski demikian, sambungnya, daya pulih perusahaan rintisan dalam negeri diyakini lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan rintisan lainnya.