Di Matahari, Ada 'Api Unggun’ Seukuran Negara di Eropa

Lukas Hendra TM
Selasa, 21 Juli 2020 | 11:30 WIB
Matahari seperti api unggun/ESA
Matahari seperti api unggun/ESA
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – ‘Api unggun’ seukuran negara di Eropa tertangkap oleh Solar Orbiter saat melakukan pengamatan pada Matahari di kala perihelion.

Solar Orbiter, sebuah proyek bersama NASA dan Badan Antariksa Eropa (European Space Agency/ESA), diluncurkan pada bulan Februari untuk memberi manusia pandangan yang sama sekali baru dari matahari yang kita lihat setiap hari dalam kehidupan kita.

Pesawat ruang angkasa itu dilengkapi dengan teleskop dan akan mengakhiri misinya lebih dekat ke matahari daripada probe yang membawa instrumen tersebut sebelumnya.

Bahkan hanya dengan gambar pertama misi, para ilmuwan telah mengidentifikasi fenomena baru yang menakjubkan yang mereka sebut "api unggun" (campfires).

"Kami belum pernah lebih dekat ke matahari dengan kamera, dan ini hanyalah awal dari perjalanan panjang, epik Solar Orbiter," kata Daniel Müller, ilmuwan proyek Solar Orbiter ESA, dalam konferensi pers yang diadakan Kamis (16/7/2020), dikutip dari laman Space.com, Jumat (17/7/2020).

Setelah peluncurannya, Solar Orbiter mengalami hambatan kecil. ESA menghentikan sebentar proses commissioning pesawat ruang angkasa ketika pandemi coronavirus membatasi kapasitas dukungan agensi tersebut, tetapi jeda itu tidak berlangsung lama sebelum commissioning dilanjutkan dalam persiapan untuk putaran pertama pesawat ruang angkasa mengelilingi matahari. Antara coronavirus dan beberapa hambatan instrumen tepat sebelum peluncuran, tim telah menetapkan harapan mereka untuk gambar pertama yang rendah.

"Sejujurnya, saya tidak berani mengharapkan apa pun," David Berghmans, seorang fisikawan ruang angkasa di Royal Observatory of Belgium, dan penyelidik utama salah satu instrumen di atas Solar Orbiter.

Pendekatan pertama atau perihelion menghasilkan gambar yang baru dirilis pada 15 Juni. Manuver itu membawa pesawat ruang angkasa dalam jarak 48 juta mil (77 juta kilometer) dari matahari. Jarak tersebut sekitar setengah jarak di mana Bumi mengorbit.

Namun, siapa sangka, pendekatan pertama tersebut menghasilkan gambar-gambar yang ternyata penuh dengan pemandangan yang menggiurkan.

Berghmans mengatkan bahwa itu luar biasa dalam detail terkecil berapa banyak hal yang terjadi di sana. Bahkan, mereka tidak percaya ketika mereka pertama kali melihat gambar tersebut. Mereka pun mulai memberikannya nama-nama gila seperti api unggun (campfires) dan fibril gelap (dark fibril) dan hantu (ghost) dan apa pun yang mereka lihat. Menurutnya, ada begitu banyak fenomena kecil baru yang terjadi dalam skala terkecil.

Para ilmuwan misi sangat senang karena mereka mengidentifikasi fitur yang sama sekali baru dalam gambar, berkat detail halus mereka. Struktur ini kecil (relatif kecil terhadap matahari) yang terbakar sehingga peneliti menjulukinya "api unggun."

“Api unggun itu kira-kira seukuran negara Eropa,” kata Berghmans.

Dia menambahkan api unggun itu adalah kerabat kecil dari semburan matahari (solar flares) yang dapat kita amati dari Bumi, tetapi dengan ukuran jutaan atau miliar kali lebih kecil.

"Matahari mungkin terlihat tenang pada pandangan pertama, tetapi ketika kita melihat secara detail, kita dapat melihat semburan [flares] miniatur itu di mana pun kita melihat," ujarnya.

Para ilmuwan Solar Orbiter belum yakin apakah api unggun ini benar-benar versi mini dari semburan api yang telah dipelajari para ilmuwan selama beberapa dekade atau apakah mereka bekerja secara berbeda dari rekan-rekan mereka yang lebih dramatis.

"Masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan ilmiah apa pun," kata Müller.

Namun, para peneliti berharap bahwa mempelajari api unggun ini akan membantu para ilmuwan memecahkan salah satu misteri utama matahari yakni mengapa atmosfer luarnya, yang disebut corona, jauh lebih panas daripada permukaannya yang terlihat.

Permukaan matahari yang terlihat sekitar 99.000 derajat Fahrenheit (55.000 derajat Celsius), korona tipis adalah jutaan derajat panas terik di bawah sistem pengukuran apa pun.

Itu adalah teka-teki yang sudah lama ada bagi para ilmuwan, karena secara logis, ia seharusnya lebih dingin lebih jauh dari fusion furnace di dalam matahari, dan itu adalah salah satu teka-teki yang dirancang oleh misi baru seperti Solar Orbiter dan Parker Solar Probe milik NASA untuk mencoba mengatasi.

Parker Solar Probe, kebetulan, akan terbang jauh lebih dekat ke matahari daripada Solar Orbiter, tetapi tidak membawa peralatan teleskopik, hanya instrumen yang mengukur lingkungan terdekatnya.

Sementara, Solar Orbitermembawa kedua jenis instrument itu. Para ilmuwan di Solar Orbiter yakin bahwa gambar pertama ini hanyalah permulaan dari penemuan yang dimungkinkan oleh misi.

"Anda harus ingat bahwa data saat ini yang kami tunjukkan hari ini hanyalah produk sampingan dari tes teknis yang kami lakukan, dalam gambar-gambar ini instrumen belum sepenuhnya dikonfigurasi," kata Berghmans.

Selain itu, matahari saat ini berada pada titik paling tenang dari siklus aktivitas 11 tahun, sehingga Solar Orbiter harus memiliki fenomena yang lebih energik untuk dipelajari saat misi berlangsung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper