Musim Dingin yang Hangat Kacaukan Komunitas Laut

Lukas Hendra TM
Selasa, 14 Juli 2020 | 12:02 WIB
Keindahan terumbu karang di dalam laut Raja Ampat, Papua Barat/Antara
Keindahan terumbu karang di dalam laut Raja Ampat, Papua Barat/Antara
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA—Para peneliti memperkirakan suhu air pantai akan meningkat pada laju yang lebih cepat di musim dingin daripada di musim panas. Penelitian menunjukkan bahwa musim dingin yang lebih hangat juga dapat menyebabkan gangguan ekosistem.

Pemanasan musim dingin sering diabaikan ketika mempertimbangkan dampak perubahan iklim dan para peneliti telah beralih ke model yang terinspirasi media sosial untuk mengatasi kesenjangan ini dalam pengetahuan ilmiah.

Peneliti Ceridwen Fraser dari University of Otago adalah bagian dari tim internasional yang menggunakan pemodelan jaringan untuk mengidentifikasi dampak signifikan dari pemanasan laut di perikanan dunia.

Penelitian tersebut, yang diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Change pada 13 Juli 2020, mengumpulkan gambaran holistik tentang dampak pemanasan terhadap stok ikan di Laut Mediterania, sebuah hotspot keanekaragaman hayati yang berada di bawah ancaman dari laut yang memanas dengan cepat.

Fraser dari Department of Marine Science University of Otago mengatakan banyak penelitian dan perhatian media terhadap dampak suhu musim panas yang ekstrem pada manusia dan alam, tetapi hasil yang mengejutkan dari penelitian ini adalah dampak dari pemanasan musim dingin.

“Menariknya, suhu air pantai diperkirakan akan meningkat pada laju yang lebih cepat di musim dingin daripada di musim panas dan penelitian ini menunjukkan bahwa musim dingin yang lebih hangat juga dapat menyebabkan gangguan ekosistem, dalam beberapa kasus lebih banyak daripada pemanasan musim panas,” katanya seperti dikutip dari laman University of Otago, Selasa (14/7/2020).

Dia menambahkan bahwa hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pemanasan musim dingin akan menyebabkan spesies ikan ‘pergi bersama’ dengan cara yang berbeda, dan beberapa spesies akan hilang dari beberapa daerah seluruhnya.

Model ekosistem sering hanya fokus pada efek lingkungan, tetapi model yang menggabungkan interaksi antara spesies --mirip dengan bagaimana algoritma media sosial bekerja-- dapat memberikan wawasan yang lebih baik tentang bagaimana ekosistem akan berubah.

Sementara itu, peneliti utama Nick Clark dari The University of Queensland mengatakan penggunaan model-model baru yang biasa digunakan di media sosial untuk mendokumentasikan interaksi sosial orang-orang, menawarkan cara yang menarik untuk mengatasi kesenjangan ini dalam pengetahuan ilmiah.

“Model jaringan inovatif ini memberi kita gambaran realitas yang lebih akurat dengan memasukkan biologi, memungkinkan kita untuk bertanya bagaimana satu spesies merespons perubahan lingkungan dan keberadaan spesies lain, termasuk manusia,” katanya.
Penelitian ini menggunakan informasi dari beberapa dekade penelitian yang menggambarkan rentang geografis lebih dari 600 spesies ikan Mediterania. Informasi ini dimasukkan ke dalam model jaringan bersama dengan data dari Intergovernmental Panel on Climate Change terkait proyeksi perubahan iklim.

Clark mengatakan bahwa model jaringan menyoroti efek luas pada keanekaragaman hayati ikan dari suhu air yang memanas, terutama di musim dingin. Menurutnya, jika komunitas ikan diatur lebih kuat oleh suhu musim dingin seperti yang disarankan oleh model mereka, maka ini berarti bahwa keanekaragaman ikan dapat berubah lebih drastis dan cepat daripada yang kita duga sebelumnya.

"Demi ekosistem laut dan orang-orang yang mata pencahariannya bergantung padanya, kita perlu mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana pemanasan lautan akan memengaruhi spesies dan ekonomi," ujarnya.

Fraser menambahkan sementara ini penelitian hanya berfokus pada Mediterania karena data jangka panjang yang tersedia untuk wilayah itu, hasilnya hampir pasti juga berlaku untuk ekosistem laut pesisir lainnya di seluruh dunia.

"Pendekatan pemodelan canggih ini menyediakan alat baru yang menarik bagi kami untuk menggunakan data dari kemarin dan hari ini untuk memahami apa yang akan terjadi di ekosistem laut besok," ujarnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper