Bisnis.com, JAKARTA – Platform gim dinilai menjadi platform untuk beriklan yang menjanjikan. Terlebih, konsumsi masyarakat terhadap gim selama masa karantina mengalami kenaikan siginfikan.
Ketua Umum Asosiasi Game Indonesia (AGI) Cipto Adiguno mengatakan, gim memberikan ruang yang cukup luas bagi para pengiklan untuk mempromosikan produknya kepada para pemain gim.
“Misalnya, [melalui gim] pemain mendapat life [nyawa]/skor tambahan bila menonton iklan. Mengikuti arah ini, periklanan di Indonesia pun cepat atau lambat akan perlu melihat video game sebagai medium yang berprospek tinggi,” jelasnya, Sabtu (13/6/2020).
Baca Juga Ladang Cuan di Arena Bermain |
---|
Cipto optimistis, gim menjadi medium hiburan yang umum. Menurutnya, pengguna gim pun saat ini memiliki segmen pasar yang terus mengalami perluasan dan tidak lagi khusus untuk kalangan tertentu saja.
“Walaupun dulu [pasar gim] dianggap untuk mainan lelaki, tetapi sekarang di berbagai negara komposisi pemain perempuan sudah mencapai lebih dari 40 persen dari total, dengan sebagian besar pemain berusia 35 tahun ke atas. Selain itu, berbeda dengan medium lain, mengenai jenis gim, tentu berbeda tergantung target iklannya,” jelasnya.
Dia menambahkan, biasanya pengiklan akan memanfaatkan jasa agregator periklanan seperti Google atau Unity untuk mengiklankan produknya di platform gim. Adapun gim yang dipakai beriklan di acara konvensional seperti expo untuk menarik perhatian, ataupun gim yang memang dibuat untuk gimmick bagi konsumen
“Misalnya, Lego bekerja sama dengan Nintendo agar produknya bisa dimainkan secara digital dalam gim Lego Mario,” jelasnya
Ceruk beriklan di industri gim yang menjanjikan pun diamini oleh CEO & Co-founder Agate Arief Widhiyasa. Dia mengklaim bahwa pihaknya telah memiliki lebih dari 100 klien yang beriklan dengan jenis gim yang berbeda.
“Kami ada (iklan) buat gim juga. Bahkan, klien kami ada 100 lebih sekarang [yang beriklan dengan] brand-nya macam-macam [bervariasi],” ujarnya.
Dia menuturkan bahwa iklan melalui platform gim tidak harus selalu berkutat dengan pop-ads (iklan yang muncul secara tiba-tiba), tetapi bisa hadir di dalam gim dengan membuat objek tertentu.
“Soalnya bisa jadi, [iklan] itu dimasukan [dalam gim sebagai objek nyata] agar kesannya natural,” lanjutnya.
Arief menambahkan bahwa dari sisi penawaran perusahaan yang ingin beriklan saat ini dapat memilih gim sesuai dengan target marketnya.
“Misalnya, kami ada gim yang target audiensenya majority urban female dari 13 tahun—35 tahun, yang kami bisa bagi per segmen. Jadi jenis gim yang cocok pastinya tergantung siapa target beriklan perusahaan tersebut,” jelasnya.