Huawei Pegang Banyak Paten 5G, Trump Tetap Harus Bayar ke China

Reni Lestari
Selasa, 9 Juni 2020 | 19:05 WIB
Logo Huawei Technologies Co. berada di atas gedung perkantoran di Dongguan, China, Kamis (23/5/2019). Bloomberg/Qilai Shen
Logo Huawei Technologies Co. berada di atas gedung perkantoran di Dongguan, China, Kamis (23/5/2019). Bloomberg/Qilai Shen
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Huawei Technologies Co. memiliki paten paling banyak pada teknologi 5G. Menurut sebuah studi terbaru oleh GreyB dan Amplified hal itu akan memastikan perusahaan China itu akan dibayar meskipun ada upaya administrasi Presiden Donald Trump untuk menghapusnya dari rantai pasokan.

Studi oleh dua perusahaan riset itu mengidentifikasi penemuan yang paling terkait dengan standar 5G. Laporannya mengemukakan bahwa enam perusahaan memiliki lebih dari 80 persen diantaranya, yakni Huawei, Samsung Electronics Co, LG Electronics Inc., Nokia Oyj, Ericsson AB dan Qualcomm Inc.

Sebelumnya Trump telah meluncurkan sejumlah manuver termasuk melarang penjualan chip yang dibuat di AS untuk diekspor ke China.

Studi itu menyatakan sekitar 6.400 penemuan terkait 5G telah diklaim sebagai paten aktif pada 31 Desember 2019. Namun, pengadilan dan negosiator harus memutuskan, apakah paten benar-benar penting untuk standar, apakah paten itu valid atau tidak, dan berapa nilainya.

"Bahkan jika AS menyewa beberapa perusahaan lain untuk membangun infrastruktur 5G, mereka masih harus membayar perusahaan China karena kontribusi intelektual untuk mengembangkan teknologi," kata Deepak Syal, direktur GreyB Services Pte., dilansir Bloomberg, Selasa (9/6/2020).

Mengidentifikasi berapa banyak paten yang dipegang Huawei akan menentukan siapa yang paling diuntungkan dari teknologi generasi berikutnya itu.

Standar industri sangat penting untuk memastikan perangkat bekerja bersama dan berkomunikasi satu sama lain. Perusahaan teknologi berkumpul untuk menetapkan standar-standar itu dan berkomitmen bahwa paten apa pun yang relevan akan dilisensikan dengan persyaratan adil, masuk akal dan tidak diskriminatif.

Namun, telah ada perang paten global selama bertahun-tahun tentang bagaimana mendefinisikan istilah-istilah yang adil dan siapa yang berhak atas berapa banyak uang royalti. Perusahaan-perusahaan yang terlibat termasuk Apple Inc. melawan Qualcomm, dan Huawei versus Samsung.

Sementara itu, Huawei telah mengumpulkan lebih dari US$1,4 miliar dalam pendapatan lisensi dan telah membayar sekitar US$6 juta untuk perusahaan lain.

"Huawei menciptakan banyak kekayaan intelektualnya sendiri; kami tidak perlu mencuri orang lain," kata Ben Howes, juru bicara Huawei.

Studi GreyB dan Amplified, dianggap sebagai fase pertama karena lebih banyak paten dianalisis dan standar terus berkembang, menunjukkan keterkaitan antara perusahaan di seluruh dunia. Dia mengatakan tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperjelas diskusi dan menjernihkan keputusan.

"Daripada mengatakan siapa yang memiliki kontribusi lebih sedikit atau yang memiliki jumlah paten lebih sedikit, mari kita bekerja untuk meningkatkan kontribusi intelektual negara kita atau perusahaan kita dan kemudian membangun infrastruktur 5G," kata Syal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Reni Lestari
Editor : Hafiyyan
Sumber : bloomberg
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper