Bisnis.com, MANADO— Ketika masyarakat global tengah berhadapan dengan pandemic virus corona, para peneliti dari Institute for Astronomy, University of Hawaii, justru tengah bekerja keras mempelajari korona matahari (solar corona).
Mengutip dari laman NASA, matahari kita dikelilingi oleh selubung gas yang disebut atmosfer. Solar Corona adalah bagian terluar dari atmosfer matahari. Solar Corona biasanya disembunyikan oleh cahaya terang dari permukaan matahari. Itu membuatnya sulit dilihat tanpa menggunakan instrumen khusus. Namun, solar corona dapat dilihat selama gerhana matahari total.
Pada 3 Juni 2020, sebuah studi baru dari Benjamin Boe, mahasiswa pasca sarjana dari Institute for Astronomy, University of Hawaii diterbitkan dalam Astrophysical Journal. Studi tersebut menggunakan pengamatan gerhana matahari total untuk mengukur bentuk medan magnet corona dengan resolusi spasial yang lebih tinggi dan pada area yang lebih luas daripada sebelumnya.
Boe menjelaskan corona telah diamati dengan gerhana matahari total selama lebih dari seabad, tetapi tidak pernah sebelumnya gambar gerhana digunakan untuk mengukur struktur medan magnetnya.
"Saya tahu adalah mungkin untuk mengekstraksi lebih banyak informasi dengan menerapkan teknik pemrosesan gambar modern untuk data gerhana matahari,” katanya, dikutip dari laman phys.org, Senin (8/6/2020).
Dalam studi tersebut, Boe menelusuri pola distribusi garis medan magnet di korona, menggunakan metode penelusuran otomatis yang diterapkan pada gambar korona yang diambil selama 14 gerhana selama dua dekade terakhir. Data ini memberikan kesempatan untuk mempelajari perubahan dalam korona selama dua siklus magnetik matahari 11 tahun.
Studi tersebut ia publikasikan pada 21 April 2020 bersama dengan Shadia Habbal, dan Miloslav Druckmuller dengan judul Coronal Magnetic Field Topology From Total Solar Eclipse Observations.
Dalam abstraknya, studi tersebut mengungkapkan bahwa mengukur medan magnet solar corona tetap sangat menantang. Struktur kerapatan skala halus yang diamati dalam gambar cahaya putih yang diambil selama Total Solar Eclipses (TSEs) saat ini merupakan proksi terbaik untuk menyimpulkan arah medan magnet dalam korona dari tungkai matahari ke beberapa jari-jari surya.
“Kami menyajikan, untuk pertama kalinya, topologi medan magnet koronal terus-menerus antara 1 dan 6 radiasi solar (R?) , sebagaimana disimpulkan secara kuantitatif dengan Rolling Hough Transform (RHT) untuk 14 korona gerhana unik yang menjangkau hampir dua siklus matahari lengkap,” tulis studi tersebut.
Stuti tersebut juga mengungkapkan pihaknya menemukan bahwa arah medan magnet koronal tidak menjadi radial sampai setidaknya 3 R?, dengan varian tinggi antara 1,5 dan 3 R? pada garis lintang dan fase yang berbeda dari siklus matahari.
“Kami menemukan bahwa topologi medan koronal non-radial paling banyak terjadi di atas daerah-daerah dengan kekuatan medan magnet yang lebih lemah di fotosfer, sementara medan fotosfer yang lebih kuat dikaitkan dengan garis medan radial yang tinggi dalam korona,” terangnya.
Selain itu, studi tersebut juga menemukan banyak garis-garis medan yang membentang terus menerus dari permukaan matahari ke beberapa jari-jari matahari di semua lintang, terlepas dari keberadaan lubang koronal.
“Hasil ini memiliki implikasi untuk menguji dan membatasi model medan magnet koronal, dan untuk menghubungkan pengukuran angin matahari in situ dengan sumbernya di matahari,” tulisnya.