Universitas Periset Obat Covid-19 Diserang Hacker

Renat Sofie Andriani
Kamis, 4 Juni 2020 | 13:32 WIB
Kejahatan online/Ilustrasi-mirror.co.uk
Kejahatan online/Ilustrasi-mirror.co.uk
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Sekelompok peretas (hacker) dengan riwayat operasi menyasar banyak organisasi layanan kesehatan sukses melancarkan serangan ransomware terhadap University of California, San Francisco, pekan ini.

UCSF mengonfirmasi menjadi target dari suatu "intrusi” yang ilegal. Meski demikian, universitas yang terpandang dengan riset publiknya ini menolak menjelaskan bagian mana dari jaringan teknologi dan informasinya yang terdampak.

Para periset di universitas tersebut antara lain melakukan pengujian antibodi dan uji klinis untuk bakal calon pengobatan penyakit virus corona (Covid-19).

Pengobatan yang dimaksud mencakup studi terbaru tentang obat-obatan anti-malaria yang digadang-gadang oleh Presiden Donald Trump sebagai obat potensial untuk virus corona, meskipun kemudian dibantah oleh banyak ilmuwan.

UCSF telah memperingatkan para pakar keamanan dan pihak penegak hukum soal serangan tersebut. Direktur Komunikasi di UCSF Peter Farley mengatakan serangan itu tidak memengaruhi operasi perawatan pasien-pasiennya.

“Dengan bantuan mereka, kami melakukan evaluasi menyeluruh atas insiden tersebut, termasuk penentuan atas informasi apa, jika ada, yang mungkin telah terdampak,” tutur Farley dalam sebuah pernyataan.

“Untuk menjaga integritas penyelidikan, kami perlu membatasi apa yang bisa kami sampaikan saat ini,” tambahnya, dikutip dari Bloomberg, Kamis (4/6/2020).

Jaringan hacker NetWalker mengklaim serangan ransomware ini melalui blog mereka. Unggahan yang didedikasikan untuk UCSF tampaknya disalin dan ditempelkan dari home page UCSF yang mempromosikan pekerjaannya di bidang kesehatan.

Kelompok-kelompok hacker acapkali mengunggah sampel-sampel data untuk membuktikan keberhasilan aksi mereka. Dalam hal ini, blog mereka mengunggah empat screenshot, termasuk dua file yang diakses oleh para peretas.

Nama file-file tersebut berisi kemungkinan referensi-referensi yang ditujukan kepada Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS dan departemen-departemen yang menjadi pusat penelitian coronavirus universitas.

Para peretas semakin menargetkan institusi seperti UCSF tidak hanya untuk pembayaran ransomware, tetapi juga untuk properti intelektual yang menguntungkan, seperti riset berharga tentang obat untuk Covid-19.

UCSF telah terlibat dalam pengambilan sampel dan pengujian antibodi, termasuk pada obat eksperimental untuk virus corona bernama remdesivir, yang telah menunjukkan tanda-tanda efektif pada awal siklus hidup Covid-19.

Ransomware Netwalker pertama kali diperkenalkan dan dioperasikan oleh kelompok kejahatan siber yang dijuluki Circus Spider oleh CrowdStrike Inc. Sejak September 2019, ransomware Netwalker telah secara aktif digunakan oleh pelaku-pelaku kriminal dengan tautan ke malware termasuk Mailto, Koko, dan KazKavKovKiz.

"Penggunaan umpan Covid-19 dan penargetan entitas di sektor kesehatan menunjukkan bahwa operator Netwalker mengambil keuntungan dari pandemi global ini untuk mendapatkan ketenaran dan meningkatkan basis pelanggan mereka," menurut sebuah laporan riset oleh Crowdstrike.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper