Deteksi Covid-19 Lewat Ponsel, Peneliti AS Kembangkan Sensor Ini

Rezha Hadyan
Selasa, 19 Mei 2020 | 11:13 WIB
Tim peneliti di Amerika Serikat sedang mengembangkan sensor yang melekat pada ponsel dan dapat memberi tahu dalam waktu 60 detik jika pengguna terinfeksi virus./Ilustrasi
Tim peneliti di Amerika Serikat sedang mengembangkan sensor yang melekat pada ponsel dan dapat memberi tahu dalam waktu 60 detik jika pengguna terinfeksi virus./Ilustrasi
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Kabar gembira bagi Anda yang enggan merogoh kocek terlalu dalam untuk melakukan swab test PCR atau rapid test. Covid-19 dapat segera dideteksi dengan pemeriksaan bersin atau batuk menggunakan ponsel pintar.

Satu tim peneliti yang berbasis di Amerika Serikat sedang mengembangkan sensor yang melekat pada ponsel dan dapat memberi tahu dalam waktu 60 detik jika pengguna terinfeksi virus. Diharapkan sensor yang relatif murah, seharga sekitar £ 45 atau sekitar Rp810.000-an tersedia dalam waktu tiga bulan.

Dikutip dari Metro, Selasa (19/5/2020) pimpinan pengembangan sensor tersebut, yaitu Profesor Massood Tabib-Azar mengatakan sensor tersebut awalnya dikembangkan untuk memerangi virus Zika yang ditularkan nyamuk setahun lalu.

“Tujuan utamanya adalah memungkinkan orang untuk memiliki sensor pribadi untuk mendeteksi Zika di tempat-tempat yang mereka kunjungi. Rencananya [sensor] akan diprogram untuk mengidentifikasi Covid-19 dengan purwarupa selebar satu inci atau seukuran sepotong sepuluh pence yang akan berkomunikasi dengan telepon pintar melalui teknologi nirkabel Bluetooth,” kata insinyur dari Universitas Utah, AS, ini.

Tabib-Azar menjelaskan seseorang yang bernapas, batuk, bersin atau berembus pada sensor akan dapat mengetahui apakah mereka terjangkit Covid-19. Pengguna hanya perlu mencolokkan sensor ke port pengisian daya ponsel mereka dan meluncurkan aplikasi pendamping sebelum menempatkan partikel air liur mikroskopis ke atasnya. Pada menit berikutnya, hasilnya akan ditampilkan pada ponsel. Jika virus ada, untaian DNA pada sensor akan mengikat proteinnya.

”Ini memicu hambatan listrik menandakan hasil positif. Ini juga berfungsi pada permukaan dengan menggunakan swab dan menempatkannya di sensor. Sensor akan berubah warna atau secara visual menunjukkan keberadaan Covid-19 sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang,” tuturTabib-Azar.

Tabib-Azar mengungkapkan pada prinsipnya dia ingin agar sensor tersebut bisa dimiliki semua orang setelah diproduksi dalam skala besar dengan biaya yang lebih murah. Dia juga ingin sensor tersebut bisa terhubung dengan lembaga kesehatan yang akan memberikan penjelasan lebih akurat tentang hasil pembacaan.

"Anda akan menekan tombol dan dapat mengirim ke lokasi Pusat Pengendalian Penyakit atau otoritas lain yang akan Anda pilih dalam opsi Anda dan kemudian secara real time dapat memperbarui data," ujarnya.

Sensor beserta aplikasi yang dikembangkan Tabib-Azar diharapkan siap untuk uji klinis empat minggu pada Juli dan dapat gunakan pada Agustus. Dia menyebut sensor tersebut juga akan disiapkan sebagai perangkat khusus yang terpisah dengan ponsel pintar untuk keperluan pemeriksaan oleh otortitas terkait.

“Dengan cara ini Anda dapat menguji diri sendiri setiap setengah hari, atau kapan pun Anda inginkan, dan memiliki ketenangan pikiran bahwa Anda dan lingkungan Anda sehat,” ujarnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rezha Hadyan
Editor : Saeno
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper