Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku bisnis internet kabel disebut harus belajar dari momentum work from home (WFH) yakni memperkuat basis pelanggan rumahan.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) periode 2014-2019, Rudiantara menyebut anggota Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) perlu berinovasi dengan menggelar jaringan ke rumah-rumah karena saat WFH, penggunaan kantor menurun drastis padahal segmen korporasi menyumbang 70 persen pendapatan.
Menurutnya, di masa pandemi wabah Covid-19, banyak perilaku para pekerja di Indonesia berubah. Khususnya bagi para pekerja kantoran. Mereka yang biasa harus pergi ke kantor, kini tak perlu lagi. Terlebih pemerintah mengimbau agar masyarakat bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah. Oleh karena itu, jaringan internet kabel harus mampu menyentuh lokasi di daerah selain di Jakarta.
"Bisa dikatakan, rumah saya tak perlu lagi di dalam kota. Saya tidak perlu lagi kost, atau nyewa, atau kontrak lagi di dalam kota. Lebih baik saya tinggal agak di luar kota saja. Lebih nyaman, sehat, dan yang penting internetnya kencang," ujarnya dalam acara diskusi daring yang digelar Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Jumat (15/5/2020).
Perlu diketahui, berdasarkan hasil survey APJII tentang Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet tahun 2018 disebutkan bahwa hanya 14 persen masyarakat di Indonesia yang berlangganan tetap internet rumah atau fixed. 79,5 persen masyarakat mengaku tidak berlangganan internet rumah.
Terlebih, kata Rudiantara, momentum perluasan penerima insentif pajak untuk UMKM melalui PMK No.44/2020 tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Wabah Virus Corona harus dimanfaatkan. Caranya, dengan menggelar infrastruktur secara masif.
Dalam kesempatan yang sama, CEO Telkom Telstra Erick Meijer mengatakan pandemi virus corona telah mengubah perilaku konsumen. Menurutnya, stabilitas dan kecepatan internet menjadi penting di saat sebagian besar kegiatan dilakukan di rumah.
“Stability dan speed internet itu menjadi jauh lebih penting daripada internet flexible atau internet mobility,” jelasnya.
Sementara itu, Co-Founder DigiAsia Bios, Alexander Rusli mengatakan bahwa anggota APJII harus lebih sensitif terhadap perubahan value chain.
“Dulu saat zaman 2G, misalnya konten itu bisa nyelip di industri telekomunikasi. Tetapi sekarang diambil sama Google, Facebook, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, anggota APJII harus sensitif terhadap value chain,” ungkapnya.