Bisnis.com, JAKARTA – Raksasa produsen perangkat lunak SAS Institute, diprediksi bakal berhenti meraup keuntungan untuk pertama kalinya sejak 44 tahun terakhir akibat terdampak pandemi virus corona (Covid-19).
Dilansir dari Bloomberg, Sabtu (2/5/2020), SAS Institute tercatat selalu meraup keuntungan sejak perusahaan didirikan pada1976.
Chief Executive Officer SAS Institute Jim Goodnight mengatakan perusahaan masih dalam kondisi finansial yang baik meskipun harus menerima kemungkinan tahun ini tidak sepeserpun uang akan mengalir ke dalam neraca keuntungan perusahaan.
Baca Juga Indonesia dan Pembajakan Perangkat Lunak |
---|
"Kami mungkin tidak akan menghasilkan uang tahun ini, tapi kami telah mengumpulkan banyak uang sebelumnya sehingga mampu menghadapi masa ini," ujar Goodnight.
Selain itu, perusahaan memiliki banyak pelanggan yang terdampak signifikan oleh Covid-19, baik di sektor perhotelan, penerbangan, maupun kapal pesiar.
Goodnight memperkirakan hal yang lebih buruk akan menghantam perusahaan. Saat ini, pergolakan finansial yang terjadi telah mendesak perusahaan untuk melakukan penundaan pembayaran.
Adapun, SAS Institute merupakan perusahaan penghasil perangkat lunak terbesar di dunia.
Pada 2018, perusahaan berhasil meraup pendapatan US$3,3 miliar. Pendapatan tersebut diperoleh setelah platform analitik yang dijual kepada lebih dari 83.000 perusahaan, lembaga pemerintah, dan universitas.