Grab, Dekakorn yang Terpapar Wabah Corona  

Rahmad Fauzan
Sabtu, 2 Mei 2020 | 13:55 WIB
Logo angkutan online Grab/Reuters-Edgar Su
Logo angkutan online Grab/Reuters-Edgar Su
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Grab Holdings Inc., atau yang lebih akrab dikenal dengan nama Grab, baru-baru ini dikabarkan meminta kepada karyawannya untuk secara suka rela mengambil langkah cuti tanpa berbayar atau mengurangi jam kerja masing-masing.

Langkah tersebut diambil dengan tujuan membantu perusahaan menghindari terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK). Langkah itu tak lepas dari besarnya tekanan wabah corona terhadap bisnis perusahaan. Hal ini bahkan diakui oleh Chief Executive Officer Grab Anthony Tan dalam memonya kepada investor dan mitra Grab awal pekan lalu..

Tan mengatakan virus corona (Covid-19) telah menghadapkan perusahaan dengan tantangan yang sangat berdampak signifikan. Dengan demikian perusahaan harus mengambil keputusan sulit, seperti pemangkasan biaya pengeluaran dan menerapkan strategi managing capital untuk memaksimalkan efisiensi.

Tentu saja, ini merupakan fase yang buruk bagi sebagian besar pelaku industri yang bergerak di sektor layanan daring, tidak terkecuali Grab. Mengingat Grab merupakan salah satu perusahaan rintisan (startup) dengan valuasi terbesar di Asia Tenggara

Namun, sepertinya akan menjadi menarik jika kita kembali menilik perjalanan perusahaan tersebut dari satu pendanaan ke pendanaan lainnya.

Seperti diketahui, valuasi Grab saat ini berada pada kisaran US$14 miliar. Uang sebanyak itu, berhasil memberikan perusahaan tersebut mnyabet status sebagai dekakorn, yakni status bagi perusahaan rintisan dengan valuasi mencapai US$10 miliar.

Perbandingan Valuasi Grab dengan Unikorn Indonesia (CB Insight, 2019)
PerusahaanValuasi
GrabUS$14 miliar
GojekUS$10 miliar
TokopediaUS$7 miliar
OvoUS$2,9
BukalapakUS$2,5
TravelokaUS$2

Grab berhasil mengumpulkan pundi-pundi dengan jumlah tersebut dalam kurun waktu 6-7 tahun.

Pendanaan awal-awal perusahaan, salah satunya, diperoleh dari Vertex Ventures SE Asia. Perusahaan asal Singapura tersebut, bersama dengan satu investor lain yang tidak disebut namanya, mengucurkan US$10 juta pada April 2014 dalam pendanaan Seri A.

Tidak perlu menunggu lama, Grab kembali meraup pendanaan pada bulan selanjutnya. Kali ini berasal dari investor asal Negeri Paman Sam dan China, yakni GGV Capital dan Qunar, dan investor sebelumnya Vertex Ventures SE Asia dengan nilai US$15 juta lewat pendanaan Seri B.

Dalam rentang waktu satu bulan tersebut, Grab berhasil memperbesar modalnya dari US$32,4 juta menjadi US$76,72 juta.

Beberapa waktu setelah pendanaan Seri B, GGV Capital kembali menyarangkan uang ke dalam kantong Grab. Tidak sendirian, beberapa pemodal baru dan lama pun turut hadir dalam ajang pemberian modal kali ini.

Beberapa pemodal ventura yang ikut dalam pendanaan, antara lain GGV Capital, Hillhouse Capital Management yang berpusat di Hong Kong dan China, kemudian Tiger Global Management dari Amerika Serikat.

Vertex Ventures SE Asia masih tidak ketinggalan dalam pendanaan Seri C yang nilainya mencapai US$65 juta tersebut.

 

UNIKORN

Grab benar-benar siap untuk menutup tahun dengan pencapaian gemilang. Tepatnya setelah meraup pendanaan luar biasa dari salah satu investor terkenal dunia, yakni Softbank Group.

Tidak main-main, Softbank mengucurkan uang dengan jumlah US$250 juta lewat pendanaan Seri D yang dilakukan pada Desember 2014. Pencapaian tersebut menempatkan perusahaan di posisi yang sangat nyaman untuk menghadapi 2015.

Softbank, Grab
Softbank, Grab

Ternyata, hingga memasuki kuartal III/2015, tidak santer terdengar kabar mengenai investasi dari perusahaan. Sampai akhirnya pada Agustus 2015 Grab kembali meraup pendanaan dengan nilai yang sangat besar.

China Investment Corporation, Coatue Management asal Amerika Serikat, dan Didi Chuxing asal China, berhasil menghimpun dana mencapai US$350 juta untuk disalurkan kepada Grab yang valuasinya melonjak ke angka US$1,8 miliar.

Waktu berjalan, dan 13 bulan berlalu. Grab kembali meraup pendanaan pada September 2016.

Grab meraup pendanaan dari dua raksasa asal Jepang, yakni Honda Motor Company Ltd. dan Softbank. Keduanya mengucurkan US$750 juta melalui pendanaan Seri F.

Pada 2017, Grab meraup pendanaan Seri G dari Softbank dan Didi Chuxing pada Juli dengan nilai US$2 miliar. Berikutnya, menyusul Toyota Motor Corporation lewat pendanaan Seri G-II dengan nilai tidak disebutkan pada Agustus 2017.

 

DEKAKORN

Pada 2018, Grab berhasil menginjakkan kakinya di salah satu puncak perjalanan perusahaan: CB Insights mencatat valuasi Grab mencapai US$10 miliar yang berarti mengubah status perusahaan dari unikorn menjadi dekakorn.

Pendanaan pun mengucur lebih deras dari tahun sebelumnya. Diawali dengan pendanaan Seri G-III dari Hyundai Motor Company asal Korea Selatan pada Januari 2018 dengan nilai tidak disebutkan.

Pendanaan Seri G berakhir, Grab meraup pendanaan Seri H dengan nilai mencapai US$1 miliar pada Juni 2018. Dana diraup dari Toyota Motor Corporation dan berhasil menandai Grab dengan status dekakorn.

Pada Agustus 2018, Grab kembali meraup uang senilai US$1 miliar dalam pendanaan Seri H-I. Banyak pemodal terlibat dalam pendanaan ini, antara lain Allstars Investment asal Hong Kong, Lightspeed Venture Partners dan OppenheimerFunds asal Amerika Serikat, dan Ping An Capital asal China.

Kemudian, ada Sino-Rock Investment asal Hong Kong, serta Vulcan Capital asal Amerika Serikat.

Pada Oktober 2018, perusahaan meraup modal sebesar US$900 juta dari Booking Holdings dari Amerika Serikat, pemain lama Hyundai Motor Company, Kasikornbank asal Thailand, Kia Motors Company asal Korea Selatan, perusahaan milik Bill Gates Microsoft, dan Yamaha Motor Ventures asal Jepang.

Grab taxi
Grab taxi

Memasuki 2019, Grab kembali meraup pendanaan Seri H-III dengan nilai tidak disebutkan dari Tokyo Century Corporation asal Jepang. Sampai pada akhirnya, Grab kembali meraup duit dari Softbank Group pada Maret 2019 lalu.

Dengan valuasi yang diperkirakan mencapai US$14 miliar, Grab mengeluarkan biaya untuk 6.000 karyawan perusahaan yang kini mendapatkan dua opsi yang tidak populer: Unpaid Leave dan pengurangan jam kerja.

Mengutip Bloomberg, Sabtu (2/5/2020), pihak perusahaan mengatakan telah memberi karyawan opsi untuk dapat bekerja secara fleksibel, termasuk cuti panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmad Fauzan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper