Corona Sebabkan Kontraksi Pasar Smartphone Terdalam

Akbar Evandio
Jumat, 1 Mei 2020 | 20:17 WIB
Pengunjung mencoba handphone OPPO Reno3 saat unboxing seri Reno3 di Jakarta, Senin (16/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung mencoba handphone OPPO Reno3 saat unboxing seri Reno3 di Jakarta, Senin (16/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi virus corona telah menyebabkan pasar ponsel cerdas mengalami penurunan tercepat kuartal pertama secara tahunan, menurut data baru dari perusahaan analis.

Dikutip melalui The Verge, Counterpoint Research dan Canalys sama-sama menempatkan penurunan pengiriman global secara keseluruhan sebesar 13 persen, meskipun Counterpoint mengatakan penurunan di China saja adalah 27 persen, sementara Canalys menghitungnya pada 18 persen.

Angka berapapun yang Anda lihat, situasinya jelas, ini adalah pengiriman pertama kali di bawah 300 juta sejak 2014, dengan penurunan yang cepat di China, sebelum penurunan permintaan di seluruh dunia.

"Pada akhir kuartal, ketika Covid-19 mulai menyebar ke daerah lain, dan penguncian berbagai tingkat keparahan diberlakukan, pendulum gangguan mulai berayun dari penawaran ke permintaan," tim analis Counterpoint menulis dalam sebuah pernyataan.

Adapun Samsung, Huawei, dan Apple masih menjadi tiga vendor teratas, dengan Apple melihat penurunan terkecil dalam pengiriman secara tahunan.

Sementara itu, Canalys dan Counterpoint mencatat Xiaomi berada peringkat keempat, merebut 10 persen pangsa pasar global untuk pertama kalinya.

"Permintaan untuk perangkat baru telah hancur," kata analis senior Canalys, Ben Stanton.

Menurutnya, pada Februari, ketika virus corona berpusat di China, vendor khawatir tentang bagaimana membangun smartphone yang cukup untuk memenuhi permintaan global.

“Namun, pada Maret situasinya terbalik. Pabrikan smartphone kini telah pulih, tetapi saat separuh dunia memasuki lockdown, penjualannya anjlok," ungkapnya.

Associate Director Counterpoint Tarun Pathak menjelaskan bahwa dari sudut pandang konsumen, kecuali mengganti ponsel yang rusak, smartphone sebagian besar merupakan pembelian yang tidak direncanakan.

Dia menjelaskan konsumen, di dalam masa yang tidak pasti ini, kemungkinan akan menahan melakukan banyak pembelian yang signifikan. Ini berarti siklus penggantian cenderung menjadi lebih lama.

Lebih lanjut, katanya, dampak sebenarnya dari pandemi ini belum terasa karena sebagian besar perusahaan smartphone mengharapkan kuartal II menjadi puncak pandemi.

"Ini akan menguji keberanian industri, dan beberapa perusahaan, terutama pengecer offline, akan gagal tanpa dukungan pemerintah," terangnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper