Bisnis.com, JAKARTA - Head of Crowdfunding Working Group Asosiasi Fintech Indonesia (AFTech) Edward Ismawan Chamdani menilai layanan dompet digital yang diluncurkan operator seluler sulit untuk dikembangkan jika berdiri sendiri tanpa adanya ekosistem gabungan.
Pasalnya, kata Edward, ekosistem gabungan dapat memberikan manfaat di luar pembayaran bagi pelanggan serta manfaat pendapatan lainnya.
Idealnya, lanjut Edward, penyedia layanan dari sektor telekomunikasi memiliki ekosistem super apps untuk mendukung layanan dompet digital yang dimiliki, seperti halnya Gojek dengan layanannya Gopay.
"Sulit bagi penyedia layanan untuk memaksakan kebiasaan konsumen melalui aplikasi dengan penggunaan tunggal. Selain itu, Strategi insentif dinilai akan menjadi beban bagi penyelenggara," katanya, Selasa (10/3/2020).
Dihubungi terpisah, pengamat perusahaan rintisan Rama Mamuaya menilai sulitnya perusahaan telekomunikasi mengembangkan bisnis melalui layanan dompet digital tidak terlepas dari paradigma yang masih tradisional.,
"Mereka masih terbebani target return of investment (ROI) infrastruktur mereka yang tetap harus dimanfaatkan," ujar Rama kepada Bisnis.
Selain itu, lanjutnya, keterkaitan tidak langsung antara layanan dompet digital dengan infrastruktur utama perusahaan telekomunikasi membuat investasi di lini bisnis tersebut dilakukan dengan setengah-setengah dan cenderung berjangka pendek.