Bisnis.com, JAKARTA-- Dalam beberapa tahun terakhir, BlackBerry telah kembali ke pasar ponsel pintar, berkat kemitraan dengan TCL. Namun, pada 3 Februari 2020 BlackBerry mengumumkan untuk menghentikan penjualannya.
Hal itu disampaikan oleh Blacberry Ltd melalui akun Twitter resminya, di mana BlackBerry Mobile akan menghentikan penjualan ponsel Android pada 31 Agustus 2020. Adapun kabar tersebut hadir setelah hampir dua tahun BlackBerry Key2 LE, produk gawai cerdas BlackBerry terakhir diumumkan.
Blackberry menghadirkan terobosan baru kala itu, gawai tersebut di anggap sebagai salah satu pelopor ide ponsel pintar di dunia dengan memperkenalkan fitur pesan singkat yang disebut BlackBerry Messenger (BBM).
Gary Klassen tercatat menjadi sosok penting lahirnya BBM yang saat itu diperuntukkan khusus perangkat BlackBerry.
Sementara itu, BlackBerry pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada pertengahan Desember 2004 oleh operator Indosat dan perusahaan Starhub. Perusahaan Starhub merupakan pengejewantahan dari RIM.
Pasar BlackBerry kemudian diramaikan oleh dua operator besar lainnya di Tanah Air, yakni Excelcom dan Telkomsel. Hal ini merupakan akibat dari tuntutan Pemerintah Indonesia untuk BlackBerry agar membuka kantor perwakilan di Indonesia pada November 2010.
Melihat fenomena BlackBerry yang digemari masyarakat karena keunggulan fasilitas komunikasinya, membuat banyak perusahaan IT berkembang dan berlomba-lomba menciptakan aplikasi yang paling mutakhir untuk pengguna BlackBerry.
Keunggulan lain juga hadir melalui teknologi kompresi yang menyebabkan biaya akses menjadi murah dan pemberitahuan jawaban pesan melalui tanda getar pada BlackBerry. Penggunaan BlackBerry semakin meluas dengan hadirnya fasilitas koneksi BlackBerry (BlackBerry Connect).
Melalui BlackBerry Connect, pengguna tidak lagi harus menggunakan perangkat genggam BlackBerry untuk memanfaatkan BlackBerry Internet Solution. Pengguna hanya perlu menginstalasi BlackBerry Connect pada ponsel pintar merek apapun yang dimiliki, sehingga bisa memanfaatkan BlackBerry Internet Solution.
Kemudian pada Januari 2011, Blackberry dan RIM menjadi topik utama di pemberitaan Indonesia, setelah Menkominfo Tifatul Sembiring mengultimatum untuk mencabut izin mereka di Indonesia karena tuntutan pemerintah untuk memblokir pornografi tidak dipenuhi.
Adapun tuntutan lainnya yang tidak dipenuhi adalah pemindahan pusat data dari Kanada ke Indonesia. Hal ini karena Pemerintah Indonesia menilai dengan kondisi pusat data tetap di Kanada, tiap tahun RIM berpotensi mendapat pemasukan sekitar Rp2 Triliun tanpa terkena pajak dari Indonesia.
Kemudian, pada tahun 2016, BlackBerry Limited (RIM) membuat langkah besar di Indonesia dengan menjalin aliansi bersama PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk membentuk PT BB Merah Putih. Ini adalah perusahaan patungan dengan lisensi perangkat lunak dan layanan BlackBerry untuk memproduksi telepon pintar bagi pasar Indonesia.
BB Merah Putih bertugas membuat, mendistribusikan, dan mempromosikan perangkat bermerek BlackBerry yang menggunakan perangkat lunak dan aplikasi Android BlackBerry.
Selain itu, pada tahun yang sama aplikasi BBM dikelola oleh Creative Media Works, sebuah divisi di Emtek Group untuk menggarap BlackBerry Messenger (BBM) yang meluncur untuk perangkat Android, iPhone dan Windows Phone.
Saat awal kemunculannya, BBM lintas platform tersebut mendapat sambutan hangat dan menjelma menjadi platform pesan dan jejaring sosial yang memfokuskan layanan serta kontennya untuk pasar Indonesia.
Mengutip laman 9to5google, ketenaran BlackBerry di pasar Android sempat menguat setelah kehadiran BlackBerry KeyOne, sebuah smartphone Android dengan layar lebih kecil untuk memberi ruang bagi keyboard fisik penuh. Perangkat itu pada dasarnya menyalin desain ponsel pintar BlackBerry klasik, tetapi dengan desain yang lebih modern.
Namun, seperti dikuti dari Scottrade, terlambatnya beradaptasi membuat Blackberry harus menerima kenyataan, saham perusahaan tersebut amblas setelah pendapatan melorot. Sejak itu, perusahaan tersebut terus mengalami penurunan.
“Tidak ada orang dalam membeli saham dalam lima tahun terakhir, dan itu tandanya bahwa blackberry makin dipandang sebelah mata, yang walaupun pasar dalam beberapa tahun ini diperdagangkan tampaknya melemah akibat dari krisis,” seperti dkutip dari lamantersebut.
Namun demikian, Asosiasi Ponsel Seluruh Indonesia (APSI) menilai berhentinya penjualan BlackBerry secara global mulai 31 Agustus tidak akan berpengaruh pada pasar ponsel pintar Tanah Air.
Hal tersebut disampaikan oleh Ina Hutasoit, Ketua Asosiasi Ponsel Seluruh Indonesia (APSI). Dia mengatakan bahwa ponsel pintar saat ini sudah didominasi dengan merek lain.
“Ponsel pintar saat ini sudah didominasi perangkat lunak Android dan IOS sejak lama sehingga penghentian produksi BB [BlacbBerry] tidak terdampak terhadap pengguna,” ungkapnya saat dihubungi Bisnis Pada Rabu, (5/2).
Menurutnya, BlackBerry memang tidak berhenti untuk beradaptasi dan berinovasi untuk bertahan di pasar. Namun, strategi BlackBerry menurutnya kurang cepat untuk mengejar pola pasar yang terus berkembang.
“BB memang mempunyai ciri khas sendiri jadi akan sulit bersaing dengan ponsel Android, kalaupun BB mengalah memakai Android untuk ponsel nya itupun sudah terlalu terlambat beradaptasi, sejak aktifnya Android dan IOS sebenarnya sudah terbaca akhirnya akan terdisrupsi,” terangnya.
Sebagai informasi, BlackBerry sempat mengeluarkan fitur BlacBerry Messenger (BBM), yang diperkenalkan pada 1 Agustus 2005, eksklusif hanya tersedia di perangkat Blackberry.
Pada 2013, BBM mulai membuka diri untuk sistem operasi (OS) Android dan iOS. Setahun berselang, aplikasi ini juga merambah ke OS Windows Phone.
Adapun pada Juni 2016, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (Emtek) mengakuisisi lisensi BBM dari BlackBerry Limited.
Hasil kesepakatan tersebut, BlackBerry Limited akan menyediakan antarmuka pemrograman aplikasi (API) BBM kepada Emtek.