Bisnis.com, JAKARTA —Aktivitas pendanaan terhadap perusahaan rintisan (startup) yang memberdayakan kaum penyandang difabel dan perempuan mulai diminati di Indonesia.
Bendahara Amvesindo Edward Ismawan Chamdani melihat adanya minat pendanaan terhadap perusahaan rintisan yang memberdayakan difabel dan perempuan di Indonesia.
Namun menurutnya, mayoritas pendanaan tersebut masih bersifat sukarela. Selain itu, beberapa di antaranya dilakukan oleh para filantropi dan perusahaan rintisan yang bergerak untuk tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG’s).
“Saat ini sifatnya [pendanaannya] lebih kepada sukarela dan banyak yang bersifat non-profit, seperti aktivitas filantropi Coding Mum yang dijalankan oleh Budi Rahardjo bersama Issac Jenie dan di bantu Bekraf,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (3/2/2020)
Selain itu, lanjutnya, terdapat inisiatif individu yang aktif memberikan pendanaan kepada perusahaan rintisan yang memberdayakan penyandang disabilitas dan perempuan seperti Shinta Danuwardoyo atau Angel Investment Network Indonesia (ANGIN) yang juga dikomandoi oleh Shinta Kamdani.
“Angin atau Angel Investor Network Indonesia merupakan salah satu sarana investasi yang cukup aktif di segmen perempuan dan difabel,” jelasnya.
Menurutnya, saat ini para pemodal ventura dan pelaku individu memiliki minat untuk memberikan pendanaan terhadap perusahaan rintisan yang bergerak di bidang kesehatan, edukasi teknologi, agribisnis dan aquaculture.