Mematikan Google Location History Ternyata Tak Ampuh Hentikan Pelacakan

Renat Sofie Andriani
Selasa, 29 Oktober 2019 | 12:35 WIB
Figur mainan kecil terlihat di depan logo Google pada gambar ilustrasi ini, 8 April 2019./REUTERS-Dado Ruvic
Figur mainan kecil terlihat di depan logo Google pada gambar ilustrasi ini, 8 April 2019./REUTERS-Dado Ruvic
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas pengawasan konsumen di Australia menggugat Google dan anak perusahaan lokalnya. Alphabet Inc., induk Google, dituduh telah menyesatkan pengguna terkait izin untuk melacak titik lokasi.

Yang menjadi sumber permasalahannya adalah fitur Google Location History pada perangkat seluler Android. Pengguna dibuat percaya bahwa mematikan fitur ini akan cukup untuk menghentikan Google menyimpan data lokasi mereka.

“Tapi pengguna sebenarnya perlu mematikan fitur pelacakan 'Web & App Activity' agar dapat benar-benar memblokir penyimpanan data lokasi,” papar Komisi Persaingan Usaha dan Konsumen Australia (ACCC) dalam pengajuan gugatannya, seperti dilansir melalui Bloomberg (Selasa, 29/10/2019).

Dalam pernyataannya, Chairman ACCC Rod Sims menuding Google menyesatkan konsumen karena tiadanya informasi terkait langkah tersebut.

“Kami menduga Google menyesatkan konsumen dengan tidak adanya pemberitahuan mengenai fakta bahwa pengaturan lain juga harus dimatikan,” ujar Sims.

Kontrol privasi Google berulang kali menuai kritik di masa lampau dan raksasa teknologi asal Amerika Serikat ini telah mengambil langkah-langkah untuk membuatnya menjadi lebih transparan.

Mematikan Google Location History Ternyata Tak Ampuh Hentikan Pelacakan

Meski begitu, opsi-opsi tetap terfragmentasi di beberapa pengaturan. Layanan Google pada ponsel pintar menyimpan lokasi pengguna bahkan ketika pengaturan privasi disesuaikan untuk mematikan fitur-fitur ini, menurut laporan Associated Press yang dikonfirmasi oleh para peneliti Princeton University.

Pasa saat itu Google menyatakan bahwa fitur Location History sepenuhnya adalah opt-in. Namun meskipun fitur itu dinonaktifkan, perusahaan akan terus menggunakan lokasi untuk meningkatkan pengalaman pengguna dalam pencarian ataupun navigasi, misalnya.

Periode pengaduan keluhan di Pengadilan Federal Australia ini tercatat mulai dari Januari 2017 hingga akhir 2018. Selain itu, ada masalah tambahan pada paruh kedua 2018.

Tuduhan tambahan dari ACCC adalah bahwa Google menyesatkan konsumen untuk berpikir bahwa "satu-satunya cara mereka bisa mencegah Google mengumpulkan, menyimpan, dan menggunakan data lokasi mereka adalah berhenti menggunakan layanan Google tertentu, termasuk Google Search dan Google Maps”.

Dalam argumennya, ACCC menyebutkan hal tersebut menyembunyikan fakta bahwa menonaktifkan pelacakan lokasi sebenarnya dapat dilakukan dengan mematikan fitur 'Location History' dan 'Web Activity & App'.

Di antara langkah-langkah yang ditempuhnya, ACCC mengupayakan penalti dan aturan-aturan yang mengharuskan publikasi pemberitahuan korektif oleh Google.

“Kami menginginkan penalti yang signifikan dan kami ingin Google memberi tahu orang-orang apa yang terjadi, sehingga mereka memiliki kesadaran yang lebih besar tentang data apa yang sebenarnya dikumpulkan di sini dan untuk apa data itu digunakan,” tegas Sims.

Masalah ini dijadwalkan untuk menjalani sesi sidang manajemen kasus pada 14 November, menurut situs web Pengadilan Federal.

Gugatan ini adalah yang pertama dari beberapa yang disebut oleh ACCC akan dilakukan terhadap jaringan lokal perusahaan teknologi global seperti Google dan perusahaan media sosial Facebook, di tengah upayanya menyerukan undang-undang yang lebih keras mengenai privasi dan berbagi konten.

Sementara itu, seorang juru bicara Google mengatakan perusahaan akan menghadapi permasalahan ini dan bahwa perusahaan sedang meninjau tuduhan yang dilayangkan ACCC, seperti dilansir dari Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper