Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia (BCA) Tbk. melalui BCA Learning Service menggelar Indonesia Knowledge Forum (IKF) VIII 2019 yang mengangkat tema Nurturing Mindset for The Next Era of Capital Culture di di The Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Selasa (8/10/2019).
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan IKF yang dirancang untuk menjadi one stop knowledge solution bagi para pelaku usaha maupun lintas generasi lainnya. Dilengkapi dengan serangkaian ekspo dan eksebisi, IKF diharapkan dapat menjembatani kebutuhan individu dan organisasi mengelola modal dan berinvestasi di era Industri 4.0.
“Selama dua hari yakni tanggal 8 Oktober hingga 9 Oktober 2019, sebanyak kurang lebih 38 pembicara yang inspiratif dari beragam industri dan tokoh sukses akan turut berpartisipasi untuk memberikan wawasan dan inspirasi dalam mengelola investasi dan usaha rintisannya bagi kemajuan ekonomi Indonesia melalui transformasi digital,” ujar Jahja.
IKF VIII 2019 menghadirkan pembicara yang kompeten di bidangnya untuk berbagi ilmu, pengalaman, serta inspirasi dalam membangun dan mengelola investasi dan usaha rintisannya melalui transformasi digital yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pada hari pertama gelaran IKF VIII 2019 ada seminar “Entering Start Up Investment: Now or Never” yang menghadirkan Partner of Convergence Ventures Donald Wihardja. Donald optimistis bahwa sudah waktunya Indonesia menjadi motor ekonomi terbesar ke-4 di dunia.
“Tahun ini kita sepantar dengan India dan tahun depan kita akan melampaui negara tersebut. Kenapa kita bisa melampaui India, karena kita GDP [gross domestic product] per kapita 2 kali lipat dibandingkan India sehingga pendapatan. Kemudian, dari penjualan dapat mencapai 5 kali lipat melalui online,” ungkapnya dalam sesi materi.
Ia mengungkapkan bahwa era digital mulai mengambil existing business dari toko ritel luring menuju daring sehingga melalui kebiasaan baru dari cara hidup masyarakat yang akan menambah peluang lahirnya bisnis baru. Ia optimis bahwa teknologi tidak mengeliminasi pelaku ekonomi melainkan memperbesar peluang bisnis pelaku terkait.
“Dengan teknologi bahkan pelaku UMKM [usaha kecil mikro dan menengah] dapat bereksperimen terhadap produknya untuk menjadi ragam pilihan untuk menarik konsumen. Bila dulu martabak hanya terdapat sedikit varian, sekarang melalui kompetisi online, ragam varian dari martabak pun semakin banyak,” katanya.
Selain itu, lewat seminar bertajuk “Story is the New Currency”, penulis buku Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI) Marchella FP mengungkapkan bahwa lewat berbagai pendekatan dirinya menyadari bahwa kreativitas tidak akan terlepas dengan bisnis. Salah satu metode yang ia gunakan adalah dengan membuka ruang diskusi lewat platform instagram kepada para penggemarnya.
“Aku membuka ruang diskusi untuk mereka yang ingin bercerita, akan tetapi tidak memiliki ruang. Kadang beberapa hal tabu atau yang sering kita saksikan di sinetron ternyata adalah kejadian nyata. Kita [manusia] adalah cangkir, jangan sampai terisi kosong atau terlalu penuh, melainkan stabil agar dapat saling menyebarkan energi positif tanpa menggurui,” katanya.
Sesi lainnya menghadirkan narasumber yang mumpuni di antaranya COO Djarum Foundation-Victor Hartono, CEO GDP Venture-Martin Hartono, Writerpreneur-Raditya Dika, Managing Director and Partner Global Leader Wealth Management, Boston Consulting Group -Anna Zakrzewski, dan pembicara lainnya.