Persetujuan atau approval merupakan poin penting dalam industri pemberian kredit melalui platform daring. Untuk itu, dibutuhkan pengelolaan data yang cepat dan tepat agar pengguna kredit bisa segera mendapatkan pinjaman.
Kredivo, sebuah layanan kartu kredit virtual besutan PT Finaccel Teknologi Indonesia, mempunyai cara ampuh mengatasi hal tersebut, yaitu dengan memanfaatkan data science.
Alie Tan, Co-Founder dan CTO Kredivo menceritakan kepada Bisnis.com, data merupakan akar dari bisnis Kredivo. Sejak Desember 2015, perusahaan telah mengembangkan sistem data, dengan mengeluarkan sebuah aplikasi alfa untuk mengeruk data konsumen.
Saat itu, sejumlah sukarelawan diminta mengisi data pribadi mereka dengan benefit berupa voucer. Setelah data terkumpul, pada pertengahan 2016, Kredivo terbit dengan sejumlah data yang telah mereka pegang.
“Data science tidak bisa apa-apa kalau tidak ada datanya. Kalaupan ada data tetapi sedikit, data science tidak akurat. Jadi, kami mengumpulkan data terlebih dahulu,” kata Alie di Dipo Building, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.
Data science sangat membantu perseroan untuk dapat mengeluarkan fitur-fitur penakar risiko bagi pengguna yang ingin mengajukan kredit, persetujuan, transaksi hingga penagihan atau kolektif.
Alie menjelaskan, data science mencakup sistem engineering data yang bertugas memproses data terstruktur dan tidak terstruktur. Data terstruktur adalah data yang telah jelas strukturnya, misal jenis kelamin, usia, atau alamat peminjam.
Data tidak terstruktur adalah data yang memiliki banyak noise atau gangguan sehingga harus dirapikan untuk memperoleh akurasi.
Setelah mengotak-ngotakkan data yang diperoleh, data science akan membaca pola dari setiap data-data yang dikumpulkan dan mengeluarkan output berupa credit scoring, yang menentukan apakah pengguna layak menerima pinjaman atau tidak.
“Dalam data science ada hard rule. Jika pengakses melanggar beberapa peraturan di hard rule tersebut, dia tidak bisa mendapat kredit,” kata Alie.