Bisnis.com, JAKARTA – Laporan Opensignal pada Juli 2019 menyebutkan, secara keseluruhan, Smartfren menjadi operator Indonesia pertama yang melampaui nilai 95 persen dalam metrik Ketersediaan 4G, disebabkan Smartfren telah mengakhiri jaringan 3G nya untuk memperkuat 4G sejak akhir 2017.
Smartfren tidak memiliki jaringan 3G sebagai cadangan. Smartfren harus melayani pelanggan broadband selulernya dengan 4G sepenuhnya.
Skor 95,4 persen yang dibukukan oleh Smartfren, sedikitnya 7 persen poin persentase lebih tinggi dibandingkan Tri Indonesia yang menempati urutan kedua. Meski demikian, jika dibandingkan dengan laporan Opensignal pada Desember 2018, peningkatan Smartfren relatif kecil hanya sekitar 1 persen poin persentase.
Baca Juga Harga Minyak Global Hari Ini |
---|
Meski mengantongi predikat sebagai operator dengan ketersedian 4G terbanyak, namun secara rata-rata pengunduhan, Smartfren berada di urutan terbawah dengan pengalaman kecepatan rata-rata unduh sebesar 4,5 Mbps.
Mengenai ketersediaan 4G yang tidak disertai kualitas unduh yang baik, Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Institute Heru Sutadi berpendapat bahwa ketersediaan 4G bukanlah faktor penentu kecepatan layanan.
Menurut kecepatan layanan internet, juga perlu memperhitungkan ketersediaan jaringan menyeluruh secara nasional.
Baca Juga Harga Emas Hari Ini |
---|
“Meski banyak 4G tapi kalau jaringannya tidak maksimal dan sering mati bisa jadi kecepatannya tidak bagus,” kata Heru kepada Bisnis, Rabu (3/7/3019).
Heru mengatakan untuk memperbaiki kualitas layanan interenet, Smartfren disarankan memeriksa kondisi BTS yang ada saat ini.
“[Smartfren perlu] melakukan audit dan monitoring performansi dari masing-masing BTS tersebut terutama yang 4G apakah kecepatan maksimal dan sering mati atau tidak,” kata Heru.
Baca Juga Nilai Tukar Rupiah Hari Ini |
---|
Sementara itu, Etta Rusdiana Putra, analis Kresna Sekuritas, mengatakan kenaikan kecepatan data didorong oleh dua hal. Pertama, kenaikan kapasitas jaringan, terutama dari sisi backend. Kedua, terjadi penurunan jumlah pengguna sehingga trafik menjadi lebih longgar.
Namun jika melihat kasus Smartfren, kata Etta, kemungkinan penyebab penurunan kecepatan Smartfren disebabkan oleh pertumbuhan pelanggan yang lebih cepat dibandingkan ekspansi jaringannya.
“Data murah, cepat, dan stabil itu sulit dicapai jika perusahaan tidak memiliki jaringan backend yang kuat dan ini membutuhkan waktu,” kata Etta.
Etta berpendapat rata-rata permasalahan operator di Indonesia saat ini adalah kemampuan pendanaan. Oleh karena itu, menurutnya, operator telekomunikasi atau perusahaan tower di Indonesia dapat memanfaatkan jaringan tol Trans Jawa dan Sumatera untuk membangun jaringan backend telekomunikasi untuk mengatasi masalah pendanaan.