Rata-rata Kecepatan Unduh Smartfren Semakin Turun

Leo Dwi Jatmiko
Rabu, 3 Juli 2019 | 20:34 WIB
Pengunjung mencari informasi produk di Gerai Smartfren, Jakarta, Selasa (2/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Pengunjung mencari informasi produk di Gerai Smartfren, Jakarta, Selasa (2/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Laporan Opensignal pada Juli 2019 menyebutlan kecepatan rata-rata pengunduhan PT Smarfren Telecom Tbk mengalami penurunan dibandingkan Desember 2018. Kecepatan rata-rata unduh Smartfren turun 1,8 Mbps selama 6 bulan terakhir menjadi 4,5 Mbps pada Juli 2019.

Kecepatan rata-rata unduh Smartfren pada tahun ini merupakan yang terparah dibandingkan dengan hasil dua penelitian Opensignal sebelumnya.

Diketahui laporan Opensignal pada Desember 2018 menyebutkan rata-rata kecepatan unduh Smartfren sebesar 6,3 Mbps, kemudian di laporan Juni 2018, rata-rata kecepatan unduhnya sebesar 9,83 Mbps, yang mengantarkan Smartfren menjadi operator dengan rata-rata kecepatan unduh tertinggi saat itu. 

Opensignal adalah  sebuah perusahaan swasta yang mengkhususkan diri dalam pemetaan cakupan nirkabel. Perusahaan ini mengumpulkan data mengenai kualitas sinyal operator seluler dari pengguna yang memiliki aplikasi bergerak yang diinstal.

Opensignal telah menganalisis pengalaman seluler selama 90 hari, mulai 1 Februari - 1 Mei 2019, baik di tingkat nasional maupun regional, untuk menilik kinerja kelima operator utama di Indonesia. Penelitian Opensignal melibatkan 3,3 juta perangkat, dengan total pengukuran sebanyak 4,5 miliar kali.   

Menanggapi penurunan ini,  Deputy CEO PT Smartfren Telecom Tbk, Djoko Tata Ibrahim menturkan penurunan kecepatan rata-rata unduh terjadi karena peningkatan jumlah pelanggan Smartfren yang sangat pesat akibat hadirnya paket unlimeted.

Djoko mengatakan hadirnya paket-paket menarik dari Smartfren, mendorong  jumlah pelanggan di perseroan hingga mencapai 16 juta pelanggan per Juli 2019.

“Ini konsekuensi karena pertumbuhan pelanggan, lebih cepat dari dugaan kami. Penambahan pelanggan yang memakai jaringan kami mungkin naik 2 kali lipat [dibandingkan dengan tahun lalu],” kata Djoko kepada Bisnis, Rabu (3/7/2019).

Djoko menambahkan untuk mengantisipasi pertumbuhan pelanggan tersebut, pihaknya telah berusaha menambah infrastruktur telekomunikasi sejak awal 2019 lalu, hanya saja proses penambahan terlambat 3 bulan akibat perang dagang Amerika dan China.

“Kemarin, kan, ada masalah ZTE, tahun lalu itukan bekukan oleh Donald Trump, jadi kami sedikit terlambat [membangun jaringan] sekitar 3 bulanan, karena mereka tidak boleh bekerja, BTS ada tetapi tidak boleh dipasang,” kata Djoko.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper