Bisnis.com, JAKARTA —Kemunculan beragam saluran digital mendorong masyarakat beralih dari pembayaran zakat dan donasi secara tunai. Wakaf uang tunai yang diterima Dompet Dhuafa pada bulan lalu, misalnya, tinggal separuh dari yang diterima pada periode yang sama tahun lalu.
Direktur Utama Dompet Dhuafa Imam Rulyawan menilai tren pembayaran zakat digital secara nasional terus meningkat setiap tahunnya.
“Setiap tahun saat Ramadan kami membuka counter di mal Jabodetabek di 80 titik, dan kecenderungan orang bayar di counter turun. Tren mulai bergeser, milenial lebih paham, wakaf uang lebih pilih mendonasikan secara digital. Sumbangan digital pun naik 70%—80%,” ujarnya.
Dompet Dhuafa mulai masuk ke transaksi digital sekitar 5 tahun lalu. Dari seluruh transaksi digital, 73% masih didominasi oleh transfer lewat bank, sementara 15% melalui virtual account dan 12% dari e-wallet.
Sebaliknya, jumlah donasi yang diterima secara tunai pun mengalami tren penurunan. Dia menyebut per April, jumlah wakaf uang yang diterima secara tunai mencapai Rp700 juta, turun 53% dari tahun sebelumnya sebanyak Rp1,5 miliar.
Dia pun mengutip data BPS bulan Maret 2018 yang menunjukkan jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 25,95 juta orang atau 9,82%.
“Kami berharap layanan berzakat dan berdonasi pada dompet digital Dana dapat menjadi pipa kebaikan dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia melalui pembayaran zakat, infak dan sedekah,” ujarnya.
CEO Dana Vincent Iswara memaparkan, makin besarnya jumlah pengguna smartphone dan meningkatnya penetrasi internet menjadi dua faktor utama yang membuatnya optimistis bahwa filantropi digital akan makin membudaya di Indonesia. Dia menyebut dari 269 juta populasi penduduk di Indonesia, jumlah telepon genggam bahkan mencapai 438 juta yang 67% di antaranya merupakan pengguna data.
“Pada akhirnya, infrastruktur transaksi digital seperti dompet digital Dana tidak hanya mampu menggerakkan perekonomian di segala segmen, tapi juga mampu membangun masyarakat yang siap berbagi, peduli, dan empati kepada sesamanya,” tuturnya.