Bisnis.com, JAKARTA — Sekitar 3 bulan setelah mendapatkan layanan internet via satelit, peserta didik di Sekolah Menengah Atas Negeri Detusoko, Ende, mulai menyadari dampak positif dari penggunaan internet dalam pembelajaran.
“Sebelumnya, ketika tidak ada jaringan Wi-Fi, jadi harus belajar manual. Jaringan internet jadi memudahkan karena bisa tanya Google kalau ada soal sulit,” ujar salah satu peserta didik SMAN Detusoko, Sharyna Ayu Pale, di sela-sela acara Sosialisasi Internet Kemenkominfo di Desa Detusoko, Ende, Senin (25/3).
Sharyna mengaku, sebelum jaringan internet dihadirkan, di sekolah tersebut proses belajar mengajar hanya terbatas dengan menggunakan buku-buku atau majalah pendidikan yang tersedia. Namun, lanjut Sharyna, dengan menggunakan jaringan internet, dirinya beserta siswa-siswi lain dapat belajar dengan cara yang lebih kreatif dan tanpa harus menunggu guru.
“Ada berbagai aplikasi. Jadi kami bisa baca sendiri dapat pengalaman,” imbuhnya.
Theresia Kambe, murid SMAN Detusoko lainnya, mengatakan jaringan internet dihadirkan di sekolah tersebut sejak Januari 2019. Sejak 3 bulan penggunaan internet, beberapa metode belajar di sekolah satu-satunya di desa Detusoko tersebut mulai mengalami perubahan. Salah satunya adalah metode pengiriman tugas yang wajib menggunakan e-mail.
Sementara itu, Menteri Komunikasi Rudiantara mengatakan jaringan internet di Desa Detusoko harus menggunakan satelit. Hal tersebut disebabkan kondisi geografis Detusoko yang terdiri dari pegunungan sehingga membuat pengerjaan sereat optik menjadi tidak mudah.
Namun demikian, lanjutnya, setelah Satelit Satria Multifungsi dapat beroperasi—dengan target peluncuran pada 2022—pemerintah memastikan Desa Detusoko dapat mengakses layanan internet berkecapatan tinggi. Sekadar menambahkan, jaringan internet satelit di Desa Detusoko merupakan jaringan internet ke-480 yang dibangun menggunakan model Wi-Fi oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti).