Bisnis.com, JAKARTA — Para peneliti dari Massachusetts Insitute of Technology (MIT), Amerika Serikat, bersama-sama dengan peneliti dari Universitas Teknik Madrid, Spanyol, mengembangkan alat yang disebut sebagai rectenna untuk mengkonversi sinyal Wi-Fi menjadi energi listrik
Perangkat Wi-Fi biasanya digunakan sebagai alat untuk mengirimkan data. Namun, sebenarnya sinyal Wi-Fi juga bisa digunakan untuk mengirim energi. Saat sebuah Access Point (AP) memancarkan sinyal Wi-Fi, perangkat tersebut juga menyebarkan energi elektromagnetik di lingkungannya. Bila energi tersebut bisa “dipanen”, peranti lain bisa menggunakannya sebagai sumber daya listrik.
Selain MIT dan Universitas Teknik Madrid, ikut serta pula peneliti dari Universitas Charles III Madrid, Laboratorium Riset Angkatan Darat Amerika Serikat, Universitas Boston, dan Universitas California Selatan.
Para peneliti menggunakan antena yang menangkap gelombang radio (termasuk sinyal Wi-Fi) yang mengubahnya menjadi arus listrik bolak-balik (AC). Antena ini kemudian dihubungkan ke peranti lain yang terbuat dari semikonduktor dua dimensi, yang sangat tipis (hanya beberapa atom).
Peranti semikonduktor dari molibdenum disulfida (MoS2) ini mengubah arus bolak-balik menjadi arus searah, yang kemudian bisa digunakan sebagai sumber daya perangkat elektronik. Peranti semikonduktor ini juga bisa digunakan untuk memasok daya ke baterai.
Rectenna ini diharapkan dapat digunakan untuk berbagai peranti yang mensyaratkan sumber daya listrik independen, dan tidak perlu pemeliharaan yang terlalu merepotkan. Contoh peranti seperti ini adalah internet of things (IoT), peranti sandangan (wearable), dan peranti medis.
Dalam uji coba yang dilakukan oleh para peneliti, ketika dipaparkan ke sinyal Wi-Fi biasa yang memancarkan energi sekitar 150 mikrowatt, rectenna ini bisa menyerap energi sebesar 40 mikrowatt. Energi yang dipanen ini cukup untuk menyalakan lampu LED atau memberi daya ke mikrocip.
Sumber energi dari Wi-Fi ini ideal buat peranti yang tidak bisa menggunakan sumber daya baterai, seperti peranti medis yang harus ditelan. Para peneliti telah mengembangkan peranti seperti ini, yang bisa mentransmisikan data kesehatan tubuh manusia ke komputer untuk analisis lebih lanjut. Menggunakan baterai ion Litium misalnya, berisiko kebocoran yang akan meracuni pasien.
Rectenna selama ini menggunakan bahan dari silikon atau galium arsenida, yang sebenarnya lebih efisien dan juga bisa mencakup spektrum radio yang digunakan oleh Wi-Fi. Namun bahan seperti ini lebih kaku, tidak lentur seperti MoS2, dan karena itu lebih susah untuk adaptasi buat berbagai penerapan.
Laporan penelitian tentang rectenna ini telah diterbitkan dalam jurnal Nature tanggal 28 Januari 2019 dengan judul Two-dimensional MoS2-enabled Flexible Rectenna for Wi-Fi-band Wireless Energy Harvesting.