Bisnis.com, JAKARTA – OutSystems mengumumkan peluncuran OutSystems 11, solusi low-code pertama yang mampu mengatasi kesulitan terbesar para pemimpin IT saat ini yakni gridlock legacy system dengan nilai investasi US$360 juta atau setara Rp5,47 triliun.
CEO dan Founder OutSystems, Paulo Rosado, mengatakan OutSystems 11 menawarkan beragam fitur baru untuk membantu suatu organisasi melakukan modernisasi legacy system dan penggantian portofolio aplikasi yang berjumlah besar. Ia terbangun dari platform low-code nomor satu untuk aplikasi web dan mobile.
“Legacy gridlock adalah masalah besar, karena 70% dari anggaran IT dihabiskan untuk memelihara portofolio aplikasi legacy dalam skala besar, sistem yang berumur dan rentan, serta sistem ERP dan CRM yang memerlukan terlalu banyak penyesuaian," ungkapnya melalui siaran pers pada Kamis (11/10/2018).
Dia menambahkan bahwa technical debt yang luar biasa ini menghalangi inovasi bisnis dan membuka peluang disrupsi bagi para pesaing yang lebih tangkas.
Peluncuran platform baru ini menerima pendanaan sebesar US$360 juta dari KKR & Co dan Goldman Sachs. Pascaronde pendanaan ini, OutSystems ditaksir bernilai lebih dari US$1 miliar.
Salah satu solusi tradisional untuk menangani legacy debt dan gridlock adalah dengan cara melakukan perombakan menyeluruh pada aplikasi bawaan (packaged applications) atau melaksanakan proyek pengembangan yang panjang yang akan menambah kompleksitas pada codebase.
Kedua solusi tersebut adalah solusi yang lambat, mahal, dan berisiko tinggi. Solusi itu memaksa para pemimpin IT untuk membuat kompromi antara kendali, kecepatan, dan kesederhanaan sistem. OutSystems 11 hadir mengenyahkan masalah-masalah ini menggunakan enam kapabilitas yang tidak pernah ada di platform low-code lainnya.
Arsitektur microservices yang modern dan impact analysis menawarkan build yang tangguh, bahkan dengan portofolio aplikasi yang berjumlah besar. OutSystems 11 dapat mengurangi waktu yang dihabiskan untuk memvalidasi dan memperbaiki masalah pada serangkaian aplikasi yang kompleks dan sistem yang besar.
OutSystem 11 dilengkapi analisis dampak mendalam terhadap sistem sebelum rilis memberikan peringatan dini agar build tidak rusak. Hasilnya, tim menjadi lebih tangkas sehingga dapat membuat serta mengubah aplikasi dan layanan dengan aman, cepat, dan berskala besar.
Pemantau yang out-of-the-box, memberikan visibilitas real-time terhadap portofolio aplikasi dan layanan yang saling berhubungan. Kondisi ini juga memeriksa kesehatan seluruh portofolio aplikasi, identifikasi area yang berpotensi bermasalah sebelum mengganggu kesehatan pada bagian lain dari sistem, termasuk pada SaaS dan external legacy systems.
Pemantauan yang tersemat, analytics yang canggih, dan dasbor yang tersedia dapat menunjukkan mengapa dan di mana suatu aplikasi atau service tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Sistem ini dilengkapi fitur tim penyediaan berkesinambungan untuk mengelola banyak pengembang yang bekerja dalam platform yang sama.
"Kendalikan siapa yang dapat membuat dan mengatur layanan, dan siapa yang dapat menggunakannya, dengan model penetapan menyeluruh yang mengatur setiap aplikasi dan layanan," kata Rosado.
Dia menjelaskan bahwa organisasi tersebut dapat menyesuaikan diri dengan jalur penyediaan untuk setiap bidang usaha yang bekerja secara paralel.
Framework UI baru menawarkan pengalaman pengguna (UX) yang menarik tanpa memerlukan tenaga desain khusus. Kini tim pengembang dapat menyediakan aplikasi dengan antarmuka pengguna yang konsisten dan modern dengan mudah.
Framework UI yang baru memudahkan penyediaan pengalaman pengguna dalam skala besar untuk berbagai jalur penyediaan seraya menjaga konsistensi merek dan UX.
Pengembang dapat mengakses templat dan pola tampilan berdasarkan analisis langsung terhadap aplikasi pengguna menggunakan penyunting visual OutSystems, yang kemudian dapat diubah, disebar, dan digunakan kembali saat diperlukan.
Fitur keamanan canggih melindungi portofolio aplikasi secara menyeluruh, dari pengembangan hingga penyebaran dan memperluas keamanan sistem dan aplikasi melintasi batas-batas tradisional IT dengan platform yang dirancang agar selalu aman.
Proses perlindungan manual yang didukung oleh penilaian risiko otomatis, kendali akses yang granular, dan pemantauan aktivitas mampu menawarkan visibilitas yang diperlukan dan uji tuntas yang diwajibkan untuk platform pengembangan multi-experience.
OutSystems 11 memberikan alternatif bagi organisasi untuk menghadapi aplikasi legacy dengan cara yang akan meningkatkan ketangkasan (agility) seiring berjalannya waktu dan menghapus legacy debt dari sistem.
OutSystems 11 juga menyederhanakan transisi ke model operasional yang sepenuhnya baru, di mana serangkaian layanan mendukung jalur penyediaan mandiri serta mendukung fungsi inti bisnis, selaras dengan kebutuhan bisnis tersebut.
“Misi kami adalah untuk mengubah cara sebuah perusahaan mengembangkan seluruh aplikasinya,” tutur Rosado.
Vice President Asia Pacific di OutSystems Mark Weaser menyebut peluncuran OutSystems 11 di Asia Pasifik menjawab peningkatan permintaan atas platform pengembangan low-code di kawasan tersebut.
Berdasarkan State of Application Development 2018 yang diterbitkan oleh OutSystems, 34% organisasi di Asia Pasifik sudah menggunakan platform low-code, sedangkan 9% baru akan memulai proses implementasinya.
“Penyediaan pengalaman pengguna secara instan harus berada di pusat perjalanan transformasi digital setiap organisasi," kata Weaser.
Dia menambahkan saat menghadapi legacy gridlock, semakin banyak organisasi di Asia Pasifik yang menyadari potensi platform pengembangan low-code untuk meningkatkan ketangkasan dan mempercepat pengembangan aplikasi. Dengan komitmen untuk menguatkan kapabilitas pengembangan perangkat lunak organisasi, OutSystems memimpin revolusi low-code agar setiap organisasi dapat menjadi cepat tanggap dan mampu menyediakan aplikasi secara tepat waktu.
Dia menambahkan bahwa peluncuran OutSystems 10 pada 2016 menyebabkan disrupsi yang sangat kentara di dalam pasar pengembangan aplikasi mobile, hingga Gartner kemudian menobatkan OutSystem sebagai pemimpin pasar.
"Sekarang untuk pertama kalinya telah hadir teknologi low-code yang dapat menciptakan perubahan dalam perhitungan pengembangan sistem inti utama dan aplikasi serta layanan pendukungnya, maka perusahaan tidak perlu membeli dan melakukan penyesuaian tanpa akhir pada perangkat lunak komersial agar dapat berjalan dengan baik dalam sistem," ujarnya.