Bisnis.com, JAKARTA - Dikenal sebagai ‘Solusi Industri Masa Depan’, pemanfaatan teknologi Blockchain bagi sejumlah industri sektor riil masih dihadapkan dengan sejumlah tantangan.
Konsultan sekaligus Pakar teknologi Blockchain, Pandu Sastrowardoyo mengatakan beberapa hal yang muncul tak hanya kurangnya pemahaman, perbedaan sudut pandang (culture clash) antara industri dengan komunitas blockchain di Indonesia.
Dia menyebutkan selama ini ada sebuah pandangan yang menyebutkan bahwa Komunitas Blockchain tidak membutuhkan dana dari perusahaan sebagai klien yang membutuhkan jasa teknologi blockchain tersebut.
Pandangan tersebut dikarenakan Blockchain berasal dari cryptocurrency yang mana mendapatkan banyak sekali investasi dana sejak awal, hal tersebut membuat anggapan bahwa teknologi blockchain tidak membutuhkan investasi dari perusahaan tradisional atau sektor riil.
Selain itu, ada pula kecenderungan di komunitas blockchain untuk tidak mengintegrasikan solusi blockchain dengan produk IT Enterprise tradisional. hal tersebut tentunya menjadi kendala bagi sejumlah besar sektor riil dalam hal optimalisasi blockchain serta modernisasi bagi industri mereka.
“Ada sebuah kasus dimana perusahaan-perusahaan masuk dalam diskusi komunitas blockchain, namun yang timbul justru intimidasi atau pem-bully-an (bullying). Mengapa,? anggapan tersebut sejalan dengan filsafat inti dari pembangunan blockchain, yaitu kemandirian dari mekanisme keuangan tradisional ,” ujar Pandu dalam siaran persnya.
Dia mengatakan, perbedaan pandangan tersebut tentunya akan sangat berpengaruh terhadap optimalisasi blockchain yang seharusnya menjadi solusi bagi sektor riil dan pemerintah dalam hal membangun perekonomian Indonesia kearah yang lebih baik.
Pandu menambahkan perlunya membangun sinergisitas antara keduanya, para pemimpin komunitas blockchain perlu membuka diri dan mengembangkan komunitas mereka ke kantung-kantung industri, dimana profesionalisme diperkuat, intimidasi intelektual tidak ditoleransi serta membangun semangat integrasi dengan teknologi model enterprise.
Sementara bagi industri sektor riil, pihak perusahaan juga harus mengerti posisi dari komunitas blockchain tersebut. Utamanya adalah mengetahui mengenai sejauh mana teknologi blockchain bisa membantu usaha mereka. Hal tersebut menyangkut pihak eksekutif perusahaan, management level, dan personel IT dari perusahaan tersebut.