Djarum dan Astra Investasi Digital Triliunan, Korporasi Raksasa Lain?

N. Nuriman Jayabuana
Selasa, 13 Februari 2018 | 09:33 WIB
Director PT Global Digital Niaga George Hendrata (dari kiri), CEO Kusumo Martanto, Menkominfo Rudiantara, CEO and Founder GO-JEK Nadiem Makarim, President & Co-Founder Andre Soelistyo dan Direktur Kevin Bryan Aluwi berpose, seusai meresmikan kolaborasi strategis, di Jakarta, Senin (12/2)./JIBI-Nurul Hidayat
Director PT Global Digital Niaga George Hendrata (dari kiri), CEO Kusumo Martanto, Menkominfo Rudiantara, CEO and Founder GO-JEK Nadiem Makarim, President & Co-Founder Andre Soelistyo dan Direktur Kevin Bryan Aluwi berpose, seusai meresmikan kolaborasi strategis, di Jakarta, Senin (12/2)./JIBI-Nurul Hidayat
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Go-Jek mengumumkan partisipasi PT Astra International Tbk. dalam ronde pendanaan terbaru pada tahun ini.  Astra berinvestasi senilai US$150 juta kepada perusahaan layanan transportasi on demand itu.

CEO Go-Jek Nadiem Makarim memastikan angka penyertaan modal dari Astra bukan sebatas yang tertinggi ketimbang investor lain dalam ronde pendanaan terbaru Go-Jek.

Lebih dari itu, suntikan dana Astra merupakan nilai investasi tertinggi dalam yang pernah digelontorkan investor lokal dalam sejarah kepada perusahaan teknologi rintisan di Indonesia.

Grup Djarum kemarin juga mengumumkan investasi di Go-Jek melalui Blibli.com. Nilai investasi Djarum tidak dipublikasikan, tetapi dikabarkan mencapai US$100 juta.

“Ini sangat membanggakan bagi kami, karena membuktikan pemain besar lokal mulai serius berpartisipasi dalam ekosistem ekonomi digital Indonesia,” ujarnya di Jakarta, Senin (12/2).

Menurutnya, keterlibatan investor lokal pada perusahaan rintisan teknologi dalam negeri belum begitu banyak.  Secara tradisional, peran investor asing lebih dominan tatkala berinvestasi pada perusahaan teknologi lokal.

“Astra semacam memberikan statement yang sangat powerful, salah satu perusahaan terbesar Indonesia saja sudah masuk ke ekonomi digital, otomatis paradigma investor lokal berubah. Sudah bukan lagi tanyakan apa perlu berinvestasi pada perusahaan teknologi, tapi sudah tinggal tanyakan kapan dan berapa,” ujarnya

Ketua Dewan Penasihat Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Willson Cuaca mengatakan pelaku industri modal ventura yang aktif berinvestasi ke perusahaan-perusahaan teknologi rintisan di Indonesia sudah lama menunggu perusahaan besar lokal ikut aktif di ekosistem bisnis teknologi rintisan.

Dia menilai agresivitas perusahaan-perusahan luar negeri dan keberhasilan perusahaan rintisan di Tanah Air menarik minat investor asing membuat perusahaan raksasa lokal tidak ingin kehilangan peluang bisnis.

Ekosistem bisnis rintisan di Indonesia, lanjutnya, bahkan lebih bergairah dibandingkan dengan ekosistem di Singapura.

“Kami sudah menunggu ini sejak 2010. Kami percaya bisnis ini akan berkembang, tetapi waktu itu enggak ada yang percaya,” katanya, (2/12).

Beberapa grup konglomerasi lokal sebetulnya sudah aktif sebagai investor startup. Namun, sebagian besar menggunakan “kendaraan” perusahaan modal ventura dan disokong dari kantong pribadi keluarga.

Djarum menapaki bisnis pendanaan startup di bawah naungan GDP Venture yang didirikan sejak 2010. Beberapa portfolio investasinya adalah Kaskus, Mindtalk, Blibli, Tiket.com, Beritagar, DailySocial, Kumparan, dan HaloDoc.

Grup Lippo mulai merambah bisnis ekonomi digital melalui Venturra Capital pada kuartal akhir 2015. Beberapa portofolio invstasi Venturra di antaranya adalah Grab, Ruangguru, MatahariMall, Ovo, Luno, Kaodim, Bridestory, iPrice, dan Zilingo.

Eksistensi Grup Salim dalam ekonomi digital tak dilakukan melalui perusahaan modal ventura. Grup Salim banyak berinvestasi pada startup teknologi melalui salah satu anak usaha di bidang telekomunikasi yang berbasis di Filipina, yaitu Phillipine Long Distance Telephone Company Company. Melalui PLDT, Grup Salim  memiliki sebagian kepemilikan berbagai perusahaan raksasa teknologi seperti Rocket Internet, Zalora, Lazada, Elevenia, iLotte, dan i.Saku.

Kiprah investasi Grup Sinarmas pada ekosistem ekonomi digital dilakukan melalui Sinar Mas Digital Venture. Melalui perusahaan modal ventura itu, Sinarmas telah berinvestasi pada berbagai perusahaan rintisan seperti aCommerce, HappyFresh, GiftCard Indonesia, Cantik, dan Female Daily Network. 

Aksi Astra lebih menyerupai grup Emtek. Perusahaan tersebut berinvestasi langsung ke startup melalui anak usahanya KMK Labs. Investasi Emtek di Bukalapak dan Kudo tercatat di laporan keuangan perusahaan.

Pemilik stasiun televisi Indosiar dan SCTV ini juga aktif dalam bisnis digital sebagai pemilik platform berbagi video Vidio dan aplikasi pengiriman pesan BlackBerry Messenger.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper