Bisnis.com, JAKARTA – Disrupsi robot diperkirakan akan memukul industri teh serta mengancam penghidupan jutaan pemetik daun teh yang berupah rendah di seluruh dunia.
Menurut CEO Dilmah, Dilhan Fernando, perusahaan teh ternama asal Sri Lanka, proses pemetikan daun teh – langkah mendasar dalam proses produksi teh – sebagian besar dikerjakan oleh tenaga manusia.
Namun, keberadaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dapat dengan cepat menggantikan pekerja yang ada saat ini.
“Saya tidak ragu bahwa dalam beberapa tahun ke depan, apalagi setelah melihat ‘Sophia’, kita akan segera melihat robot atau drone yang memetik teh,” ujar Fernando, seperti dikutip dari laman CNBC, Jumat (24/11/20170.
‘Sophia’ yang dimaksud merujuk pada robot manusia yang dikembangkan oleh perusahaan asal Hong Kong, Hanson Robotics.
Seberapa cepat keberadaan kecerdasan buatan dapat secara luas diadopsi dalam industri tersebut bergantung pada laju perkembangannya
“Anda harus mampu memahami perbedaan warna [dan] gradasi teh ketika memetiknya. Robot bisa melakukan hal itu. Tapi pekerjaan itu juga harus melewati medan yang bergelombang, yang agak sulit dilakukan oleh sebuah drone,” lanjut Fernando.
Jika benar, prediksinya dapat membawa konsekuensi yang buruk bagi penghidupan populasi manusia. Menurut badan perencanaan pembangunan asal Belanda, Solidaridad, terdapat sekitar 13 juta pekerja di seluruh dunia yang terlibat dalam produksi teh, mayoritas adalah petani kecil.
Meski mengakui bahwa teknologi dapat menjadi ancaman nyata bagi para pekerja teh, Fernando menyatakan belum memiliki solusi tepat menghadapinya saat ini.
“Namun saya yakin akan ada solusinya,” ungkapnya optimistis.
Pendiri Dilmah ini pun menjalankan yayasan sosial yang fokus untuk memberi kesempatan dalam hal berbagai keahlian bagi para pemuda di industri teh.
Sementara itu, menurut perusahaan statistik asal Jerman, Statista, pasar minuman teh yang saat ini bernilai US$39,3 miliar diperkirakan akan terus berkembang dan mencapai nilai US$44,3 miliar pada tahun 2021.