Bisnis.com, JAKARTA – Penetrasi Internet dan ponsel pintar yang semakin massif memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi karena setiap penambahan 10% pelanggan seluler bisa meningkatkan gross domestic product (GDP) hingga 0,4% di Indonesia.
Direktur Penelitian dan Pelatihan Ekonomika & Bisnis (P2EB), Fakultas Ekonomika & Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM) Bambang Riyanto mengemukakan pihaknya bersama Indosat Ooredoo melakukan riset berkaitan dengan fenomena mobile Internet yang dikelompokkan ke dalam tiga dimensi, teknologi dan lingkungan sosial, perilaku dalam menggunakan mobile internet, serta dampak sosial dan ekonomi dari mobile Internet.
Penelitian tersebut menyebutkan dampak mobile Internet terhadap peningkatan GDP di negara-negara berpendapatan menengah-rendah di Asia lebih tinggi 0.02% jika dibandingkan dengan dampak di negara berpendapatan rendah dan peningkatan jumlah pelanggan telepon seluler di Indonesia 10% diikuti dengan peningkatan GDP Indonesia sebesar 0.4%.
“Tujuan riset ini adalah untuk mengkaji dampak ekonomi dan sosial dari mobile Internet pada masyarakat, dimana hasilnya akan diberikan sebagai rekomendasi kepada Pemerintah dalam memperkuat dampak positif dari mobile internet terhadap masyarakat,” tuturnya di Jakarta, Kamis (9/11/2017).
Dia menjelaskan, akses mobile Internet dewasa ini telah membuka lebar akses ke pasar. Menurutnya, segmen Usaha Kecil Menengah (UKM) juga turut mengambil bagian untuk dapat bersaing dan mendapat kesempatan yang sama untuk turut berbisnis secara online.
“Secara teknis, masyarakat Indonesia siap dengan perkembangan teknologi. Tetapi secara budaya belum. Oleh karena itu dibutuhakan peran serta pemerintah untuk turut membuat regulasi yang sesuai dengan karakter dan kondisi masyarakat kita,” katanya.
Selain itu, dia juga mengatakan dampak mobile Internet terhadap peningkatan GDP di Indonesia tidak berbeda dengan dampak mobile Internet di negara Thailand dan di India karena faktor yang mendukung pengembangan mobile internet seperti infrastruktur, kebijakan pemerintah, regulasi, dan iklim bisnis di Indonesia setara.
Sementara itu menurutnya, dampak mobile Internet terhadap peningkatan GDP di Malaysia lebih tinggi 0.03% dibandingkan dengan dampak mobile internet di Indonesia.
“Fenomena menarik ini diduga terjadi karena faktor-faktor yang mendukung pengembangan mobile Internet. Akibatnya, dampak mobile internet terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia lebih rendah daripada di Malaysia,” ujarnya.
Kendati demikian, dia mengakui masih belum menghitung secara rinci bagaimana efek kenaikan pengguna Internet mobile terhadap komponen-komponen pembentuk PDB.
Menurutnya, untuk mendapatkan data dan simpulan lebih lanjut, rencananya P2EB akan melakukan riset tahap kedua. “Riset yang dimaksud bakal mencari indikator mikro, seperti hubungan antara penambahan jumlah pelanggan internet mobile dengan tingkat kebahagiaan atau kesejahteraan masyarakat,” tuturnya.
Survei tahap kedua akan dilakukan sampai akhir bulan November di daerah Medan, Deli Serdang, Solo, Wonogiri, Karanganyar, Makassar dan Ternate dengan target 1.800 responden. Dia mengatakan hasilnya akan diumumkan sekitar pertengahan Desember.
“Ini baru tahap pertama, namun hasilnya cukup positif dan merupakan indikator makro. Sekarang kami sedang bersiap melakukan tahap kedua yang bakal menjadi indikator mikro,” katanya.
Sementara itu, Group Head Corporate Communications Indosat Ooredoo Deva Rachman mengakui hasil riset menunjukkan bahwa mobile Internet berkorelasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal itu menunjukkan kehadiran ekosistem mobile Internet dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia.